[lowercase-selesai]
"masuklah, hari pertama masuk sekolah akan menyenangkan." mataku membulat, terkejut tentu saja. bagaimana pun aku sudah melewati itu 12 tahun yang lalu. seharusnya sekarang aku berada di kosan, menyelesaikan tugas dari dosen.
"belajar yang rajin, oke?" ibu mendorong punggungku hingga mencapai pintu. di dalam sudah banyak anak sekolah sadar dengan seragam putih merah, lengkap dengan dasi, itu masih terlihat kaku dan baru. beralih melihat seragamku sendiri, ini masih memiliki bau toko, dan tali tas gendong di bahu, berwarna biru muda.
aku melihat ke belakang, kearah ibuku yang tengah memberi semangat dengan tangannya. setelah menghembuskan napas, dengan senyum kecil aku melangkah dan berhenti di depan kelas. hampir semua kursi dan meja penuh, kalau tidak salah jumlah anak seharusnya 44 orang. senyumku semakin melebar, menyadari mereka semua sangat familiar, wajah-wajah yang masih polos dan imut.
fokusku terkunci pada sosok anak laki-laki yang sedang menulis dibuku catatannya. seperti musim semi yang datanng lebih awal. di antara ruang kelas yang sudah tua dengan cat yang mulai using, suara berisik anak-anak dan masa lalu yang kembali terulang, aku menemukannya. reza irvan wijaya, nama yang tak pernah hilang dari ingatanku selama 12 tahun.
menjadi anak pertama perempuan, katanya harus memempunyai bahu yang kuat. secara tidak langsung menjadi tulang punggung keluarga. meskipun masih ada sosok ayah di rumah.
aku saraswati candta, lebih sering di panggil saru. katanya panggilan saru itu adalah berkah dan anugrah bagi keluarga.
aku manusia terlurus yang keluargaku kenal, bahkan mungkin elisa sering banyak kesalnya karena mempunyai kaka sepertiku karena aku terkesan tidak memiliki ambisi lebih dalam kehidupan ini.
untuk apa ? karena menurutku hidup itu hanya untuk di nikmati hari itu saja, jalani saja semampunya.
kehidupanku berubah ketika aku bertemu dengan seorang pria bernama inder dewaga dan sebuah kesalahfahaman yang fatal bagi keluargaku.
bagaimana kehidupanku selanjutnya ?