"Sebuah simfoni kebenaran tidak pernah dimainkan tanpa darah di tangannya."
Jakarta, 1998.
Di tengah langit yang hitam oleh asap dan tanah yang bergetar oleh jejak sepatu tentara, kampus-kampus menjelma menjadi medan perang idealisme dan perlawanan.
Raksa Dirgantara, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial yang dikenal vokal, tidak pernah menyangka bahwa suaranya yang lantang akan membawanya pada pusaran konspirasi yang lebih kelam dari ancaman dropout. Kakaknya, seorang aktivis senior menghilang tanpa jejak. Di kamar kakaknya yang sunyi, Raksa menemukan sebuah buku catatan yang penuh dengan kode, sandi, dan nama-nama berbahaya yang terkubur oleh sejarah.
Bersama keenam sahabatnya, ia menghidupkan kembali Mandala 98, sebuah organisasi bawah tanah yang dulu dibungkam di era reformasi. Namun, semakin dalam mereka menyelami rahasia masa lalu, semakin kabur batas antara kebenaran dan pengkhianatan.
Satu per satu anggota di antara mereka menghilang, nama-nama dibungkam, dan kenyataan yang mereka temukan jauh dari sekadar hitam dan putih sejarah. Karena dalam orkestra kekuasaan, suara-suara lantang selalu menjadi target pertama untuk dilenyapkan.
***
⚠️ Content Warning (Trigger/Reader Advisory):
Cerita ini mengandung tema dan adegan yang sensitif, termasuk: Kekerasan politik, Penghilangan orang secara paksa, Penyiksaan dan pembunuhan, Trauma dan tekanan psikologis, Kritik terhadap sistem kekuasaan dan manipulasi sejarah, serta Situasi kerusuhan, reformasi, dan pelanggaran HAM.
Disarankan untuk pembaca usia 17 tahun ke atas. Cerita ini bukan untuk konsumsi yang sensitif terhadap kekerasan sejarah dan konflik politik.
Dilarang meniru atau plagiat, dan memodifikasi baik sebagian maupun seluruh cerita.
Ada satu rahasia yang tidak pernah tertulis di buku sejarah.
Satu nama yang hilang dari catatan resmi.
Satu cinta yang terkubur oleh waktu, dan kini... terbangun kembali.
Jenniena Pramudya tidak percaya pada perjodohan.
Apalagi jika itu datang dari Eyang Putri yang sibuk dengan arisan dan gosip keluarga bangsawan tempo dulu. Baginya, cinta harus ditemukan, bukan ditentukan.
Tapi semua berubah saat ia melihat foto itu.
Seorang gadis cantik dari masa lalu-yang wajahnya serupa seperti cermin dengan dirinya.
Dan seorang pria berseragam militer-bermata teduh, penuh rahasia.
Namanya Pierre Tendean.
Cinta pada pandangan pertama? Mungkin.
Atau mungkin... perasaan yang telah terukir jauh sebelum Jennie lahir.
Dan ketika matanya terpejam dengan album tua di pelukannya,
Jennie tak pernah menyangka, ia akan terbangun di dunia yang bukan miliknya.
Dan di hadapannya... pria itu berdiri.
Hidup. Bernapas. Tersenyum padanya.
Pierre.
Ini bukan mimpi. Ini bukan dongeng.
Ini adalah awal dari kisah cinta yang terlempar melintasi waktu.
Dan Jennie-atau mungkin sekarang ia harus menyebut dirinya sebagai Larrisa-
harus memilih kembali ke masa kini...
atau tinggal di masa lalu, demi cinta yang tak pernah tertulis sejarah.