Aku mengenalnya dari dunia maya. Saat itu aku baru lulus kuliah, belum bekerja dan kesepian. Kami jarang berkomunikasi. Hanya sesekali ia menyapa dengan hangat. Tulisan-tulisannya begitu puitis dan bermakna. Wawasannya luas. Kadang aku menghabiskan malam hanya untuk mencari tahu apa yang sudah ia tulis atau tempat mana saja yang sudah ia singgahi. Aku sempat berpikir akan melakukan semacam 'ziarah' pada tempat yang pernah ia jejaki. Salah satunya adalah kota tempat ia tinggal sekarang. Rasanya pasti menyenangkan satu langit dengan orang yang dikagumi. Suatu hari, ia punya pacar tapi kami malah makin sering mengirim pesan satu sama lain. Hal-hal kecil jadi tema menyenangkan. Namun, suatu ketika pacarnyalah yang membalas pesanku. Aku merasa tak enak atau tak nyaman lagi pada kedua orang ini. Maka, kuputuskan untuk menjauh. Aku masih menyimpan rasa kagum dan cinta padanya. Saat mengingatnya, aku tak tahu harus berbuat apa. Tak banyak yang kuketahui. Bahkan nomor teleponnya saja tak punya. Kami benar-benar berhubungan baik hanya lewat media sosial. Apakah aku pun hanya mencintai sebuah akun atau manusia di baliknya? Apakah benar ia seorang lelaki seperti yang kulihat di unggahannya? Aku tak tahu tapi bagiku ia adalah penyemangat dan harapan. Mungkin saja dialah yang terakhir yang akan mendampingiku, mengingat aku tak pandai bergaul di dunia nyata. Harapanku tentangnya mungkin terdengar gila, namun aku rasa tak ada yang tak mungkin di dunia ini.All Rights Reserved
1 part