Hari ini sungguh melelahkan. Baru saja akan memejamkan mata, aku harus bangkit dan menyibak selimut tatkala mendengar suara ribut di depan kamar.
"Anya, keluar lah!" Suara bariton pria yang baru saja sah menajdi suami ibuku itu berteriak di depan pintu. Tanpa berpikir panjang, aku berjalan ke arah pintu setelah memakai kerudung yang tergantung di sisi ranjang.
"Ada apa, Yah?" Wajah pria itu merah padam. Di sampingnya ibu yang hanya mengenakan piama menangis.
"Aku akan tidur denganmu." Ayah menjawab pelan. Kilatan amarah tergambar jelas di matanya.
"Mas, tolong jangan lakukan ini. Aku minta maaf! Ini hanya salah paham. Aku bisa jelaskan semua!" Ibu terlihat sangat menyesal dengan perbuatannya. Sebenarnya apa yang telah ibu lakukan hingga suaminya benar-benar murka?
Ada apa ini? Aku sangat terkejut. Dia menikahi ibu. Lalu kenapa aku yang akan dimalami? Bukankah dia pria baik yang mengerti agama?
"Ayo, Anya!" Pria itu menarik lengan, masuk ke dalam kamar dan menguncinya. Aku seperti orang bodoh yang pasrah begitu saja.
Ya Tuhan apa yang sebenarnya terjadi? Dia orang baik, apa iya akan meniduriku karena kecewa pada ibu? Apa yang harus kulakukan?
"Anya, ikuti semua ucapanku jika tak ingin kubuat ibumu menderita!" Ucapan Ayah menekan. Dua bola matanya bergerak-gerak menatap tajam seolah akan memangsaku.
'Ibu aku takut!'
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?"
Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi.
Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berjuang sendiri melahirkan anaknya tanpa suami. Menjadi ibu tunggal bukanlah hal mudah, apalagi lambat laun sang anak selalu bertanya tentang keberadaan ayahnya.
"Mommy, Al selalu doa sebelum bobo. Diulang tahun Al yang ke 5 nanti, papa pulang terus bawain Al boneka dino."
Ibu muda itu hanya menangis, seraya memeluk anaknya. Lalu bagaimana jika ternyata sang ayah juga sebenarnya menginginkan Al.