"19 April 1960. Saat itu musim dingin, namun tanganmu yang bertaut denganku ialah kehangatan. Pemandangan kala itu sangat elok, namun matamu yang kutatap ialah keindahan. Hari itu terasa memberatkan, namun sosokmu di hadapku ialah penawar yang meringankan. Lee Doyoung-ssi, tak pernah aku menyesalinya. Tak pernah sekalipun ku terpikir untuk mundur dan menyesali segala kenang. Lee Doyoung-ssi, hari di mana kau temukan segala yang benar kebenaran, di hari itulah kau akan sadari betapa berharganya waktu. Betapa berharganya pertemuan pula perpisahan. Betapa berharganya cinta. Juga, betapa berharganya setiap kematian." •Sebuah catatan fiksi Korea dengan gaya bahasa sastra Indonesia. |