Dia layaknya mawar. Merah bibirnya, menggoda siapa saja hinggap sejenak tuk bersandang dagu mengagumi keelokan dara cantik, bumi pertiwi. Namun, kau tak boleh lengah. Salah melangkah, durinya siap menusuk jari hingga sang merah berganti menjadi darah.
Oh, mawar berduri. Sudikah engkau bila kupetik dan kuletakkan kau di poci beling berisi air suci. Sudikah kau jika kupandang tiada henti, dari fajar hingga ke malam hari. Sudikah kau-
Pertanyaan itu terhenti.
Si mawar bertanya, "Sudikah dirimu tertusuk duri ini beribu kali? Kembalilah kemari, jika kau seorang pemberani."