spin-of Misna (Keturunan Parakang)
Aku gemetar, mayat puang Embang sungguh mengenaskan. Dengan tubuh yang bersandar bagai patung di balik batu besar, serta tangan kanan tersampir pada kayu di sampingnya. Badannya pucat. Daerah di sekitarnya berceceran darah yang sudah mengering.
Terlebih saat mendengar warga menuding itu adalah ulah parakang. Harus kuakui, itu semua benar. Kematian puang Embang adalah ulah parakang, tapi itu bukan aku. Aku bukanlah seorang parakang, meski aku adalah keturunan seorang parakang.
Tak pernah terbersit dalam hatiku untuk mengantikan kakek, mewarisi ilmu hitamnya. Tapi tetap saja, tiap kali orang-orang membicarakan tentang parakang, hatiku tercubit, aku takut mereka menuduhku, takut mereka mereka berusaha menyakitiku.