Rumah adalah neraka dengan penyebutan yang berbeda. Sebab apapun yang berhubungan dengan hal itu menimbulkan luka-luka yang tak pernah terlihat dengan jelas. Cacian demi cacian semakin keras memenuhi ruang tengah seakan tak ada tanda-tanda akan berhenti atau segera diakhiri. Seorang anak duduk di atas kasur sambil menutup telinganya. Mencoba untuk tidak mendengar apa yang tidak seharusnya ia dengar. Tapi udara membawa suara itu tetap masuk melewati celah-celah jarinya. Dalam hati dia ikut menjerit. Merapalkan doa atau nyanyian apa saja untuk sekadar mengalihkan perhatiannya. Cerita ini untuk mengingatkan kita bahwa tak semua orang memiliki hal baik yang membuat mereka berkembang dengan semestinya. Tapi kebaikan bisa datang dari mana saja, termasuk dari seorang anak yang hanya mengerti tentang luka.