Jika ditanya apa yang spesial dari kehidupan si kembar, Raga dan Arga, mungkin jawabannya tidak ada, andai keduanya tidak pandai-pandai bersyukur.
Bagaimana tidak, kepergian sang bunda menjadi titik awal kehidupan mereka yang sesungguhnya. Getir pahit melekat di dalamnya.
Arga disalahkan oleh neneknya atas kepergian sang bunda. Lantas rasa bersalah dan trauma yang begitu besar terpatri kuat dalam dirinya, sejak saat itu hidupnya berubah seiring dengan jiwa yang bergonta-ganti mengisi raganya. Kadang, ketika bangun tidur Arga akan merengek layaknya anak kecil yang mencari bundanya. Kadang juga Arga menjadi sosok yang membenci dirinya sendiri, menghancurkan cermin yang ada di kamarnya, lalu berujung menyakiti dirinya sendiri.
Raga, nyatanya wajah tampan dan unggul dalam basket tak lantas membuatnya dipandang. Bagi teman sekelasnya, Raga tak lebih dari sampah yang harus cepat-cepat dibersihkan. Bukan Raga tak mau melawan mereka, hanya saja rasanya percuma, mereka terlanjur menjadi budak sekolah yang gila nilai.
Lalu, mampukah keduanya menjalani dan melawan segala getir pahit dalam kehidupan? Atau memilih menyerah, berpasrah pada Tuhan?
***
Bukan skenario hidup seperti ini yang aku inginkan, memerani tiga tokoh sekaligus dalam satu kali kesempatan hidup. Andai bisa aku ingin terlahir kembali menjadi aku yang hanya satu- Samudra Arga Pratama
Aku lelah menjadi senja yang ditunggu dan dikagumi di penghujung waktuku-Samudra Raga Dwitama
***
Takkan gugur daun yang menguning itu jika memang belum habis waktunya. Takkan turun rintik hujan itu sekalipun langit telah menggelap jika memang belum saatnya. Pun dengan jantung yang takkan berhenti berdetak jika memang Tuhan belum berkehendak.
JUDUL AWAL : I MISS YOUR WARM ARMS
{PART TIDAK LENGKAP}
hidup itu kejam, sebenarnya itu bukan kehidupan yang kejam tetapi orang-orang yang membuat hidup kejam. kekejaman kehidupan nyata menjadi merajalela. Dan sekarang ada banyak korban kekejaman, dan itu adalah lingkungan di luar atau lingkungan rumahnya sendiri.
Selama bertahun-tahun ia hidup menjadi anak yang tak terlihat semuanya karena masa lalu yang belum tentu berakhir seperti apa. Dan sekarang dia hidup tanpa belaian kasih sayang dari orang yang dicintainya. Betapa banyak orang yang benar-benar mencintainya dan berpikir ada.
Selama bertahun-tahun juga, dia menunggu belaian dan kehangatan sebuah keluarga, tetapi tampaknya mustahil. Orang tuanya membencinya, sama seperti dia membenci dirinya sendiri.
Tetapi dia masih beruntung bahwa ayahnya masih ingin menyentuhnya, meskipun dia menggunakan metode yang berbeda, dia masih ingin berbicara dengan cara yang berbeda dari para ayah di luar sana. Yang ini 'istimewa' katanya.
Ini adalah kehidupan baru seorang bocah lelaki berusia empat belas tahun bernama WILSON SAMUEL PUTRA DENSDA.
.
.
.
.
.
.
⚠-pembantahan
⚠-tindakan kekerasan
⚠-dilarangcopasok