[Gus...] [Siapa?] balas pria yang memegang ponsel dengan dahi berkerut. [Gadis cantik yang kamu lihat di rumah kiai Asmun.] "Astagfirullahaladzim!" teriak Afnan membaca balasan pengirim misterius. "Ada apa, Kang?" tanya Fatah yang tengah murojaah kitab Itmamul Wafa'. "Em, ini Gus! Cewek suek!" ceplos Afnan karena terkejut membaca balasannya. Dia heran dari mana gadis yang ternyata anak kiai Asmun itu mendapatkan nomor Gus Fatah. Selama ini, memang Afnan yang memegang akun sepupunya itu, termasuk memposting foto-foto Gus Fatah dan caption-caption dakwah. Fatah sendiri, mana tertarik dengan yang begituan. Baginya sibuk dengan sosial media itu hanya melalaikan. Lagi pula dirinya sangat sibuk. Namun, ketika Afnan meminta izin membuat akun atas namanya dan menyebar konten dakwah, dirinya mengizinkan. Siapa sangka, followernya membludak dalam sekejap. Bukan hanya foto Gus Fatah yang tampan tapi kontennya sangat memotivasi banyak muslim, terutama remaja. 'Kling!' Belum sempat Afnan menyebut siapa yang mengirim chat, notif chat kembali berbunyi. [Kenalin, aku Clara Maurine. Dipanggil Ara. Langsung aja ya.... Marry me Gus! Balas 'Y' kalau kamu setuju.] "Waduh! Beneran sueee ....!" seru Afnan lagi. "Ada apa to sebenarnya?!" "Ini Gus, anak kiai Asmun. Sepertinya rumor itu benar, bukan cuma bandel, dia juga ndak waras! Dikira daftar bansos apa klik Y?" "Apa?!" Mata Fatah ikut melebar. Segera ia letakkan kitab kuning dan menutupnya. Tangannya lalu mengambil ponsel di tangan Afnan tanpa diminta. Baru akan membaca chat yang dimaksud sepupunya, tiga pesan kembali masuk berderet dari nomor yang sama. "Astagfirullah," gumam Fatah melihat foto kontak Ara dengan memakai baju ala girlband Korea. [Gosah lama mikir] [Udah tua juga, kan?] [Kapan lagi dapat lamaran dari gadis cantik dan unyuk sepertiku?😌] Fatah geleng-geleng membaca pesan-pesan anak kiai Asmun dari atas.