Perasaanku untukmu sudah tumbuh dan kusadari sedari dulu. Sejak orang-orang dewasa masih menyebutnya cinta monyet. Aku juga mengiyakan itu. Pada diriku sendiri, karena kamu memang tidak pernah tau itu, dan mungkin tidak ingin ikut merasakannya. Di saat kita masih selalu belajar di tempat yang sama, membeli jajanan di kantin sekolah yang sama, bahkan kadang menunggu ayah atau ibu atau kakak menjemput di depan gerbang sekolah. Tapi tetap, di kursi yang berbeda. Lalu pulang masing-masing tanpa menyapa. Jujur saja, dari semua teman sekelas, sesekolah hanya kamu yang tak berani aku sapa begitu saja. Karena aku takut dengan kegugupanku. Tapi jika dirimu, aku tidak pernah tahu karena apa kamu tidak pernah menyapa, meskipun aku jelas ada dipelupuk matamu, bahkan saat pandangan kita tak sengaja bertemu.
Mungkinkah rasa ini tetap jadi milikku sendiri? Hingga waktu berjalan membawa kita semakin dewasa. Lalu apakah waktu juga membawa cinta monyet ini menjadi cinta simpanse, lalu membesar menjadi cinta gorilla, atau cinta yang lebih besar lagi. Entahlah... yang ku tahu, besok mataku masih bisa memandangmu di sekolah.
Edgar merasa beruntung memiliki Flora sebagai kekasihnya. Tak peduli jika Flora adalah gadis nerd disekolahnya.
Hanya orang bodoh yang tak menyadari betapa sempurnanya seorang Flora Ayumi Maharani.