Nawang hanya dianggap tokoh figuran dalam keluarganya. Dia selalu berada dalam bayang-bayang sosok sang kakak, Dea. Seorang wanita dengan kepribadian hangat yang amat bertolak belakang dengannya. Karena Dea selalu menjadi patokan, maka perasaan dan pendapat Nawang sering kali diabaikan. Ibu dan ayahnya tidak peduli, bahkan para pekerja di rumah. Akibatnya, ia semakin ahli memendam apa yang ia rasakan. Ia tidak menangis lagi mulai umur 9 tahun. Ia juga kehilangan minat pada hal-hal yang akan anak gadis seusianya sukai. Namun, bagaimana jika ia yang telah lama menutup diri ditakdirkan bertemu orang yang mengerti dirinya? Meski, hanya dengan tatapan mata? Dia adalah Movan. Lelaki asing dengan anugerah misterius yang tidak sekalipun dapat Nawang pahami. Ketika bertemu, Nawang tidak akan mampu menghentikan kontak mata di antara mereka dan disinilah kisah mereka dimulai.