TITIK LUKA
  • Reads 320,008
  • Votes 17,172
  • Parts 38
  • Reads 320,008
  • Votes 17,172
  • Parts 38
Complete, First published Jun 04, 2020
(FOLLOW DULU YA!) 

Gimana rasanya suka sama sahabatmu sendiri?

Itulah yang sedang aku rasakan. Mencintai dia yang menganggapku sahabatnya sejak dulu. Menyaksikan orang yang aku cinta mencintai orang lain, tepat di depan mataku. 

Lebih sakit dari sayatan kertas yang menggores kulit.
Lebih sakit dari tusukan pisau yang menancap diperut. 

note: untuk orang-orang yang sedang menahan perasaannya dan merasakan sakitnya mencintai orang yang mencintai orang lain.


(SUDAH DI LAKUKAN REVISI SEHINGGA MENGALAMI PERUBAHAN ALUR PADA ENDING.  PASTINYA AKAN MENDAPAT ENDING YANG TIDAK MENGECEWAKAN.) 


Gambar credit: pinterest 
 

Pernah menduduki rank🏆
#4 in mencintai
#4 in emosi
#1 mencintai
#1 acak
#2 cintasegitiga
All Rights Reserved
Sign up to add TITIK LUKA to your library and receive updates
or
#19mencintai
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
INSECURE LOVE (END) cover
Menuju Mahasiswa cover
I Missing You (COMPLETED)  cover
Jarak Dekat cover
Garis Takdir || Lokal || [END]✔️ cover
Alya  cover
AV cover
DIFFERENT ✔ cover
Sarjana Jadi Pembantu (Pindah Ke Dreame) cover
Mari Kita Cerita Tentang Luka  cover

INSECURE LOVE (END)

81 parts Complete

[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals?" Fay menjeda ucapannya, lagi-lagi air matanya terjatuh. "Jika iya, berarti gue gagal jadi cewek? Gitu?" lirihnya lagi. Kali ini di barengi dengan isakan-isakan kecil. Fay menutup wajahnya dengan kedua tangannya, menangis terisak dalam diam. Menahan sesak yang seolah memenuhi rongga dadanya, dan bersiap akan meledak detik itu juga. Sudah cukup selama ini ia pura-pura kuat, sudah cukup ia pura-pura tidak peduli. Segala cibiran, hinaan, bahkan candaan yang di kemas dengan sangat rapi berisikan tentang segala kekurangannya, kini menumpuk menjadi satu. "Gue juga nggak mau terlahir dengan seperti ini, tapi gue bisa apa? Ini takdir gue, gue salah apa sama kalian? Gue nggak pernah hina kalian? Kalaupun kalian ngehina gue dengan alibi sebuah candaan, gue terima kan?" lirihnya lagi, semakin terisak. Ntahlah, katakan saja jika Fay lemah. Ya, memang lemah! Fay lemah! "Jangan sesekali lo nyalahin takdir, emang benar, banyak mulut yang ngehina fisik lo, dan lo nggak bisa hentiin mereka buat nggak ngehina lo. Lo cuma punya dua tangan, dan lo nggak bisa bungkam mulut mereka. Tapi, lo punya dua telinga, lo bisa fungsiin kedua tangan lo, buat nutup telinga lo. Jangan bodoh!"