Dijadiin orang yang paling spesial dan yang selalu dimanjaan dirumah pasti enak bukan. Tapi menurut gue itu gk enak sama sekali gue malah ngerasa kayak burung dalam sangkar. Mau pergi sama temen cowok gk boleh, pulang selalu dijemput kayak anak tk, mau main rumah temen harus gk lebih dari jam 8 malem, dan banyak lagi. Bukannya gk bersyukur tapi lebih parahnya lagi kalo gue punya temen baru temen gue langsung diwawancarai kayak mau lamar kerja aja.
" Dek mau kemana lo,lo mau keluar sama siapa, pulang jam berapa,kalo mau nongkrong temen nongkrong lo siapa aja disana? " Tanya bang Wooseok
" Mau kerumah Nara,sama Hana, gk pulang kita mau nginep disana karena buyung Nara ke luar kota selama 3 minggu, temen gue cuman gue,Hana,Sila sama Nara doang" ujarku dengan nada malas.
" Udah izin kak Seungwoo,Seungyeon, jinhyuk, yuri , yuvin , sama yunseong belom?" Tanyanya lagi.
"Udeh kakakku yang paling guanteng seantero kebun binatang tadi gue udah chat mereka semua atu atu" jawabku agak kesal.
" Oke kalo gitu lo boleh keluar, eh btw lo tadi ngatain gue apa ganteng seantero bonbin HAHHHH, SINI LO DEK GUE SENTIL GINJAL LO JANGAN LARI" kata Woosoek sambil mengejar adiknya.
Yang kalian pikir tepat banget gue punya 7 saudara otong semua. Akankah kehidupan gue damai dan gak banyak rintangan dan hujatan mulut dari ke 7 netijen itu dan tidak bernasib seperti lucinta luna dan kekeyi? Akankah kehidupan gue jadi lurus tenang tapi banyak ancaman kayak sungai Amazon ?
Mulai kepo ? Yuk kepoin
Hit rank
# 1 Wattpadaward ( 10 Juli 2020 )
# 27 Parent ( 10 Juli 2020 )
# 60 Single ( 10 Juli 2020 )
# 84 Wattyaward ( 10 Juli 2020 )
# 92 Tawa ( 10 Juli 2020 )
# 164 By9 ( 10 Juli 2020 )
# 195 Yuvin ( 10 Juli 2020 )
# 293 Yunseong ( 10 Juli 2020 )
# 331 Jinhyuk ( 10 Juli 2020 )
# 337 Saudara ( 10 Juli 2020 )
# 464 Wonyoung ( 10 Juli 2020 )
# 965 Kehidupan ( 10 Juli 2020 )
Menikah dengan ayahnya sendiri?
Jika ada keluarga yang paling gila, itu adalah keluarga Anathama, keluarga dengan peraturan dan tradisi tak masuk akal, harus menikah dengan yang sedarah, yang sayangnya dianggap normal bagi Anathama.
Cinta bukan pilihan, tapi takdir yang harus diterima. Dalam tradisi kelam ini, seorang cucu harus memilih antara melawan takdir atau terjerat dalam permainan keluarga yang mematikan.
Selayaknya permainan dadu, setiap putaran yang acak seakan memiliki pilihan yang sama, yang tanpa sadar merenggut kebebasan Samantha, yang dipaksa menikah dengan ayah kandungnya.
Anathama tak pernah sudi jika darahnya ditoreh darah dari keluarga lain, sekalipun keluarga itu bangsawan kelas atas.
Apakah Anathama bisa dihancurkan?
Apakah tradisi gila yang turun temurun itu bisa dilengserkan?