"Ra, nikah sama aku ya?" Namara bergeming. Memandang kosong Rafardhan yang sedang tersenyum sangat manis bertekuk lutut di hadapannya dengan sebuah cincin emas. "Kenapa?" Rafardhan menatap bingung Namara. "Kenapa harus muncul lagi disaat aku sedang mengobati perasaanku?" "Ra..." "Kasih aku waktu, kasih aku bukti. Kasih aku apapun yang bisa aku jadikan pegangan kalau kamu gak bakal ninggalin aku lagi kayak waktu itu." Rafardhan menunduk. "Maafin aku, seharusnya aku cukup tahu diri. Udah nyakitin kamu sebegitunya. Maafin aku yang udah sangat sangat egois malah menginginkan kamu kembali setelah ke brengsekan ku dulu. Tapi tolong, kasih aku kesempatan, Ra. Sekali aja, dan aku janji..." "Jangan pernah berjanji lagi dihadapan aku, Ardhan!!" Teriak Namara kencang, dengan airmata yang mulai membahasi pipinya. Rafardhan bangkit, mendekat ke arah Namara. Jemarinya mengusap pelan pipi Namara yang tiada hentinya mengeluarkan bulir airmata. "Tarik nafas dulu. Hapus airmatanya, kita berjuang sekali lagi ya." Rafardhan mendekap Namara erat. Sangat erat. Menunpukan dagu lancipnya pada puncak kepala sang kekasih. *8 Juni 2020All Rights Reserved
1 part