Jika jodoh adalah misteri, maka rasa adalah rahasia. Kita tidak tahu kapan, kemana, kepada siapa rasa itu bermula, juga kepada siapa rasa itu bermuara. Namun satu yang pasti, setiap rasa pasti memiliki muaranya, meski jarak dan waktu untuk menempuhnya tak terkira. Begitu pula tentang hidup, hidup adalah perjalanan, menuju tujuan. Kemana kita akan menuju, ke sana kita tentukan jalan. Sepanjang perjalanan itu, kita akan bertemu dengan berbagai pengalaman. Pengalaman tentang siapa yang mengajarkanmu bertahan meski terpaan akan selalu datang. Pengalaman tentang siapa yang hanya berpapasan karena memiliki tujuan yang berlainan.
Pernah bukan berarti masih atau akan tetap. Setiap rasa memiliki kadaluwarsanya. Bagaimana membuat rasa itu tidak kadaluwarsa adalah tugas bersama bagi mereka yang bersama. Bagi rasa yang hanya berjumpa namun akhirnya tak mampu bersama karena berbeda muara, tetaplah bahagia. Rasa adalah salah satu anugerah Tuhan. Segala sesuatu adalah milikNya. Tidakkah Dia mengambil sesuatu darimu kecuali Dia akan memberimu ganti yang lebih baik?
Bersedih karena kehilangan bukanlah akhir dari perjalanan. Jalanmu masih panjang. Masih banyak bukit dan lembah yang belum terjamah. Masih banyak lautan yang belum terseberangi. Masih banyak hati yang belum kau jumpai.
Dunia begitu luas. Lalu jika aku berdiam di sini, sedangkan engkaupun berdiam di sana. Bagaimana kita akan berjumpa? Ikhtiar dan berdo'a adalah pasangan yang tak terpisahkan. Ikhtiar memperbaiki diri dan tak lupa melangitkan do'a pada Sang Pemilik Semesta. Kadang, semesta kau anggap tak mendukung. Padahal hatimu yang belum terhubung. Dan ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hatimu akan tenang.
Perjalanan rasa seorang santriwati bernama Ziya dengan mantan suami Putri Kiainya, Gus Bai, seorang duda yang masih studi Pasca Sarjana. Bagaimanakah keduanya menjalani kehidupan rumah tangga yang tercipta karena perjodohan?
Edgar merasa beruntung memiliki Flora sebagai kekasihnya. Tak peduli jika Flora adalah gadis nerd disekolahnya.
Hanya orang bodoh yang tak menyadari betapa sempurnanya seorang Flora Ayumi Maharani.