Hidupku mungkin diatur seorang penulis diatas sana, sebagaimana aku mengatur jalan hidup para tokoh dalam cerita ini. Kadang-kadang aku ngeri, kalau Dia sedang melow, ditulisnya takdir hidupku yang melulu tentang kesedihan. Itupun masih lebih baik karena toh ada yang lebih mengerikan, yaitu jika takdirku ditulis tragis umpama kena santet atau dikutuk jadi mobil remot.
Jadi aku bersumpah, hidup Ikra dalam cerita ini kubuat sehati-hati mungkin supaya aku tak kena karma!
Jalanku sudah cukup liku. --Keluh kesah akan kisah kalah secara rutin melahap hidupku, sedikit demi sedikit sampai cuma tersisa sedikit--. Tak jarang aku mengira hidupku cuma sampai nanti sore, atau malam setelah minum kopi, atau lebih malam sedikit supaya aku bisa menyelesaikan tulisan ini.
Dear;
Tia, Alin, Jack Hummer, Mang Apin, ibuku tersayang, ayah tolol serta nenekku yang sudah tidak perawan,,,
,,
Semoga kalian masuk surga bersama seluruh pembaca cerita ini!
Amin!
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan