Bila Tristan adalah kepura-puraan, maka Briallan adalah tameng yang tidak akan membiarkan siapa pun mengetahui kebohongan lelaki itu.
Jika Tristan adalah seorang anak yang dibuang sejak jam pertamanya di dunia ini, maka Briallan adalah anak yang secara tidak langsung dibuang pada jam kesekiannya di dunia.
Karena Tristan adalah nyawa, Briallan harus selalu ada di sisi Tristan, karena dia hanyalah raga tak bernyawa yang pernah hidup.
Mereka kesepian dengan cara yang berbeda. Tristan dengan riuhnya dan Briallan dengan sunyinya.
Briallan jatuh cinta pada Tristan pada pandangan pertama, dan mungkin Tristan tak akan mencintainya bahkan ketika Briallan lah yang hanya bisa dilihatnya.
Nyatanya, Tristan.... hanya mengasihani Briallan. Tristan mengasihani Briallan yang berjuang menentang dunianya. Tristan mengasihani Briallan yang selalu berpura-pura. Tristan hanya iba karena mereka tak jauh berbeda.
Briallan selalu berharap. Suatu hari nanti, raganya kembali bernyawa dan Tristan memiliki raga untuk nyawanya. Meski mereka tak bersama pada akhirnya pun, itulah do'a yang Briallan panjatkan untuk Maha Mendengar di atas sana.
Namun, di tengah pencarian mereka, nyawa pengganti untuk Briallan terkubur dalam, mustahil tergapai, dan Tristan tak jauh berbeda, raga yang baru sebentar dijadikan tempat berlindung untuk nyawanya malah terganti dengan banyak luka.
Tristan memilih pergi, sebelum Briallan sempat mengungkapkan betapa dia teramat bersyukur atas kehadiran Tristan di hidupnya.
Gagal nikah di hari pernikahan saat melihat tunangannya berciuman dengan pria lain, Yovie memutuskan terjun bebas dari gedung lima tingkat.
Mengetahui fakta bahwa ia memasuki raga seorang protagonis yang akan berakhir mati mengenaskan, Yovie awalnya ingin menghindari alur novel. Tetapi, dewi Fortuna tidak mengizinkan dan terus membuatnya berurusan dengan para tokoh yang tidak dapat dihindarkan.
Bagaimana cara Yovie menghadapi alur yang semakin melenceng dan pemeran utama pria yang semakin terobsesi dengannya?
"Because i'm the protagonist."
•••
(16+)