Naskah monolog/drama/teater. Wanita berparas ayu bernasib getir. Ia membesarkan putranya seorang diri pasca suaminya meninggal dalam perang. Wanita berparas ayu meski berusia. Ia sepertinya ditakdirkan terus sendiri. Si putra tercinta pun terenggut nyawanya dalam perang. Dua masa berbeda, dua jenis perang berbeda. Pada akhirnya pengorbanan ini untuk Indonesia merdeka. Wanita berparas ayu nyata-nyata kecewa, benarkan Indonesia tak benar-benar merdeka? Sebuah monolog, tampak cocok dalam panggung bertema perjuangan dan kemerdekaan. Bukan tulisan yang bagus, semoga bisa dimainkan dan dipanggungkan. Kalau readers mau pakai, izin di komentar ya. Saya senang kalau tahu naskah ini dipakai.