Aufa itu ganteng.
Tapi Aufa beda, Aufa tak seperti cowok ganteng kebanyakan.
Aufa bukan cowok yang sok cool, bukan cowok tipe penindas, bukan cowok yang sukanya tebar pesona sana sini, bukan cowok bad boy yang suka cari masalah dimana mana.
Aufa ya, Aufa.
Cowok tengil yang sukanya bawa bawa boneka anjing kemana mana sambil nenteng buku gambar, pensil, dam penghapus ditangannya. Bukan, Aufa bukan cowok idiot, dia waras, cuma otaknya saja yang gesrek dan bikin orang yang melihatnya cuma bisa geleng geleng kepala tak percaya.
Lalu gadis bernama Anan itu datang.
Kehadiran Anan mampu membuat Aufa merasa nyaman, Anan tak seperti cewek lain yang suka memaksa Aufa untuk bertingkah layaknya remaja pada umumnya.
Anan lebih suka menghabiskan waktu bermain bersama boneka monyetnya ketimbang bermain ponsel melihat lihat media sosial.
Tapi Anan tak suka orang lain tau tentang pribadi Anan yang berbeda saat dirumah. Dia lebih memilih merahasiakannya daripada membiarkan orang lain tau yang sebenarnya.
Namun setelah bertemu dengan Aufa, Anan lebih membuka diri kepada cowok itu. Anan juga merasa nyaman dengannya.
Aufa berbeda. Anan berbeda.
Keduanya yang merasa seperti bertemu teman sealiran, membuat Aufa dan Anan menjadi dekat, sangat dekat.
Hingga Anan mulai sadar, hubungannya dengan Aufa sudah terlalu jauh.