"Aku lelah. Aku hanya ingin pergi. Aku lelah menunggu. Aku lelah untuk terus percaya."
-Kinanti Candra Pramesthi-
Kinan selalu menantikan hari dimana dia akan menjadi seorang pengantin yang berbahagia. Namun ketika hanya tersisa tiga minggu menuju hari bahagianya, dia meragu dan merasa terkhianati oleh calon suaminya. Tuntutan dan tekanan dari keluarga calon suaminya dan keluarganya sendiri juga membuatnya lelah dan berkali-kali membuatnya ingin menyerah. Belum lagi persiapan pernikahan yang ternyata sangat rumit dan tidak sesederhana mimpinya untuk menikah.
Dia pun diam-diam pergi. Dia pergi untuk melarikan diri dari semua tekanan dan beban yang semakin menghimpit menjelang pernikahannya. Dia sudah tidak peduli lagi. Dia hanya ingin pergi, sendiri. Benar-benar pergi ke tempat dimana tidak ada satupun orang yang mengenalnya. Maldives.
Di sana Kinan mulai mengenang kembali bagaimana perjalanan hidupnya hingga sampai ke titik ini. Bagaimana perjalanan cintanya dengan calon suaminya, Bagaskara Atmaja. Seseorang yang sudah mendiami hatinya sejak dia masih SMA. Cinta masa SMA dan cinta pertama, sebuah perpaduan sempurna untuk menjadikan Kinan begitu tergila-gila dengan Bagas.
Di sisi lain, dia pun bertemu dengan Randy Suteja, seorang fotografer kenamaan yang saat itu tengah berlibur di tempat yang sama dengan Kinan. Dengan segala pesona yang dimilikinya, Randy mampu membuat Kinan kembali mempertanyakan lagi dimanakah dia akan melabuhkan hatinya.
Apakah Kinan akan tetap melanjutkan rencana pernikahan yang sudah di depan mata atau memilih untuk menyerah dan menyambut cinta baru? Bagaimana Bagas meyakinkan Kinan untuk tetap menikah dengannya? Bagaimana Randy membuat Kinan berpaling dan melihat dirinya?
"Resusitasi adalah prosedur medis darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang saat pernapasan atau jantungnya berhenti. Lakukan dengan segera dengan Posisi tangan harus pas hingga proses kompresi jantung bisa maksimal. Tapi tentunya akan ada efek samping, salah satunya patah tulang."
Satu bait penjelasan medis yang malah membuat mata dr. Adis berkaca-kaca ingin menangis. Padahal penjelasannya tidak ada hubungannya sama sekali dengan kisah hidupnya. Namun ketika ia renungkan semakin dalam, analogi itu sangatlah cocok.
Bahwa ia bertemu dengan seorang pria yang sedang sekarat dalam urusan percintaan. Seorang pria yang pernah patah hati hingga mati rasa. Jantung bagian percintaannya berhenti berdetak. Lalu dengan polosnya, Adis mencoba memberikan pertolongan dengan cara menyentuh jantung hatinya. Memberi tekanan-tekanan cinta, berharap jantung hati pria itu akan kembali berdetak normal hingga bisa kembali merasakan jatuh cinta.
Namun sayangnya Adis tidak memperhitungkan lebih jauh lagi bahwa berhasil atau tidak berhasilnya resusitasi yang ia berikan pada pria itu, tetap akan menimbulkan efek patah hati.