Ice Boy

Hidup Adrika monokrom seperti warna papan catur, tenang seperti air di danau, dan dingin seperti udara di pegunungan, sebelum Alya mengusiknya.
Alya tidak pernah menyangka, diantara berbagai macam laki - laki justru lelaki model kanebo kering seperti Adrika malah mencuri perhatiannya.

"Gue kurang cantik, kurang menarik emangnya? Masa dia lempeng - lempeng aja sih setelah bikin jantung gue hampir anfal!" Alya membanting handphonenya keatas buku paket, sedangkan Stephanie menahan tawanya.
"Kenapa lo jadi insecure gini coba? Nggak perlu dikasih tau lah, lo juga udah tau lo cantik dan menarik." Stephanie mengulum senyumnya.
"Masa dia nggak ngehubungin gue sama sekali coba! Boro - boro ngehubungin, ngelirik gue aja enggak." Alya mencebikkan bibirnya kesal.
"Ya terus lo maunya gimana? Dia nggak ada alasan buat ngehubungin lo juga. Lagian juga lo kan tau dia emang kaya kanebo kering." Ujar Stephanie sambil menahan tawanya.
"Ya sapa gue gitu, atau senyum deh. Seenggaknya nggak ngacangin gue."
"Jadi lo maunya dia perhatiiin lo, gitu?" Senyum jahil Stephanie tersungging dibibirnya.
"Iya!"
"Ya Tarik perhatiannya lah kalau mau diperhatiin." Jawaban Stephanie menimbulkan bola lampu di kepala Alya. Seketika senyuman gadis itu tersungging manis dibibirnya.