Menjadi yang pertama dan harus dewasa lebih cepat itu mengerikan. Dulu, saat Sadewa masih kecil, ia sangat ingin menjadi seorang kakak dan memiliki adik. Namun, ia tidak menyangka bahwa ia akan dewasa secepat ini.
Perhatian berkurang, kasih sayang berkurang, semua atensi ayah dan ibunya hanya terfokus pada adiknya.
Ia tidak tau harus bagaimana. Ia tidak ingin menjadi benalu dalam keluarga. Berbagai upaya sudah Sadewa lakukan untuk menarik dan merebut kembali perhatian orang tuanya.
Namun, yang ia dapat adalah sebuah kata-kata berupa omelan bahwa Sadewa terlalu ke kanak-kanakan. Padahal ia belum puas mendapat perhatian seorang ayah dan ibu.
Ia pasrah. Tidak tau harus apa lagi.
Dan tibalah Sadewa berjumpa dengan gadis cuek, dingin dan sarkastis. Tapi siapa yang tau kalau sebenarnya dia bernasib sama dengan Sadewa.
Sadewa yang mengetahui bahwa dirinya dan gadis itu senasib, ia langsung jatuh hati. Ia merasa dirinya dan gadis itu seperjuangan dalam hidup.
Kehidupan gadis itu sangat miris, bahkan kehidupan Sadewa bisa dikatakan lebih baik daripada gadis itu.
Lantas seburuk apa?
Setiap Sadewa berniat menolong, gadis itu berusaha menolak. Meski gadis itu bersikap cuek, tetap saja Sadewa tau bahwa itu hanyalah topeng dari semua luka yang dia rasakan.
Sadewa merasa gadis itu hebat dalam mengatasi segala macam permasalahan. Tapi, akankah takdir mempersatukan mereka?
Takdir akan menjawab nanti.