Take Your Time [Complete]
  • Reads 43,796
  • Votes 5,474
  • Parts 30
  • Reads 43,796
  • Votes 5,474
  • Parts 30
Complete, First published Jun 27, 2020
Blurb :

Saga itu layaknya seorang tokoh Antagonis dalam drama picisan yang sering para remaja saksikan di serial televisi. 

Dia kasar, tempramental, dan suka menciptakan masalah di banyak tempat. Ia bukan sosok yang mudah untuk di dekati, sukar percaya dengan orang lain, dan nyaris menghabiskan seluruh hidupnya untuk bersenang-senang. 

Tapi setiap manusia memiliki sosok palsu yang ia ciptakan untuk melindungi dirinya sendiri. Kalian pasti pernah mendengar kalimat itu bukan? 

Ya, Saga juga memilikinya. Bagaimana ia yang dilihat dunia hanyalah sebuah kepalsuan untuk bertahan di tengah kehidupan penuh bahaya yang sang Ayah berikan untuknya. 

Saga itu kasar, tapi juga lembut. Saga itu Antagonis, tapi ia juga Protagonis. Ada terlalu banyak rahasia yang membuat sosoknya menjadi kelabu di mata semua orang. 

"Pernah mendengar cerita Beauty and the beast? Apa pendapat kalian tentang cerita itu?"

-Prasaga Kanigara-
All Rights Reserved
Sign up to add Take Your Time [Complete] to your library and receive updates
or
#222sadending
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
Nakala•||On Going• cover
Tentang Regal cover
PERGI [COMPLETE] cover
𝐉𝐮𝐚𝐧𝐝𝐚 [TERBIT] cover
SERPIHAN LUKA [END] cover
Langkah Terakhir [ON GOING] cover
|✔| GATA cover
Hi, Luca ✓ cover
AtheRion cover
king of bullying  cover

Nakala•||On Going•

10 parts Ongoing

Hujan deras mengguyur jalanan kota, menciptakan genangan air yang memantulkan lampu-lampu jalan. Di tengah rinai hujan, Nakala berlari tergesa-gesa dengan payung yang nyaris terlepas dari genggamannya. Napasnya tersengal, pikirannya penuh dengan satu nama-Jidan. Namun, ketika ia tiba di depan sekolah adiknya, waktu seakan berhenti. Tatapannya terhenti pada kerumunan orang yang berkerumun di seberang jalan. Di sana, tubuh adiknya tergeletak, basah oleh hujan dan merah oleh sesuatu yang tidak pernah ingin ia lihat. "Jidan!" Suaranya pecah, bercampur dengan suara hujan yang mengguyur dan sirine yang mulai mendekat. Semua terjadi begitu cepat, namun rasa bersalah itu datang lebih cepat lagi. Jika saja ia datang lebih awal. Jika saja ia tidak terlalu sibuk dengan urusannya sendiri. Jidan pasti tidak akan nekat menyebrang sendirian di tengah hujan lebat. Ia pasti masih ada di sini, dengan senyum cerianya yang selalu mampu mengusir lelah. Kini, rumah yang dulu penuh canda tawa berubah menjadi dingin. Ayah dan ibu hanya berbicara seperlunya, sedangkan Jenan, kakaknya, tak pernah lagi memandangnya dengan cara yang sama. Setiap sudut rumah seakan mengingatkan Nakala pada satu hal: Ini semua salahmu. Di bawah beratnya rasa bersalah dan kebencian keluarga, Nakala hanya bisa bertanya pada dirinya sendiri-mampukah ia bertahan? Atau, lebih baik ia pergi, membawa segala beban ini bersamanya?