DIA (30 Tahun, Perempuan) Pernah nggak kamu menelpon seseorang yang nggak kamu kenal lalu menangis meraung-raung dan si Penerima telepon hanya diam mendengarkan tangismu? Aku? Pernah! Malu? Iya! Apa setelahnya aku masih berhubungan dengan si Penerima telepon? Tentu saja masih! Namanya Dipa, dan pria itu menjadi satu-satunya orang yang aku tuju ketika ingin bercerita. Aku dan Dipa belum pernah bertemu, namun suara kami selalu berjumpa setiap saat. Apa aku ingin bertemu dengannya? Tidak. Untuk saat ini. Aku belum siap. Aku nggak berani berhadapan dengan wujud Dipa, tapi aku nyaman dengan suara Dipa. "Eh, mungkin nggak kita ternyata pernah ketemu tanpa sengaja?" tanyaku. "Aku rasa nggak." Jawab Dipa. DIPA (35 Tahun, Pria) Setahun yang lalu, gue mendapati sebuah panggilan dari nomor yang nggak gue kenal. Kebiasaan gue juga kadang suka males save nomor telepon, terutama nomor telepon klien-klien gue. Sejak panggilan telepon di malam itu, membawa gue berkenalan pada Dia hingga sekarang ini. Banyak hal yang gue bicarakan dengan Dia, dan kita sepakat untuk nggak mencari tahu profile lebih detail, kecuali gue dan dia sendiri yang memberi tahu. Gue nggak keberatan dengan itu. Tapi, makin hari, rasa ingin gue untuk bertemu Dia semakin besar beriringan rasa takut akan resiko kalau nantinya bertemu dengannya. ...."Kenapa? Aku yakin setidaknya kita pernah berapapasan tanpa sadar." "Karena aku tahu kalau itu kamu di sekitar aku."
1 part