LOVE STORY [ Bersambung ]
Di Antara Cinta dan Peringkat
Di tengah gemuruh masa remaja yang penuh ambisi dan asa, ada satu pertanyaan yang diam-diam menggelayut di benak banyak siswa:
Bagaimana mungkin seseorang menemukan cinta...
...di tengah kobaran kompetisi yang tak pernah padam?
Sekolah Garuda bukanlah tempat biasa. Ia berdiri megah, menjulang seperti kastel pendidikan di tengah kota. Terkenal sebagai sekolah paling bergengsi di seluruh negeri, namanya menggema seperti nyanyian kemenangan setiap kali sebuah olimpiade berakhir.
Setiap tahunnya, ribuan siswa berlomba-lomba mendaftarkan diri. Namun hanya segelintir yang berhasil melangkah melewati gerbangnya. Mereka yang diterima bukan hanya cerdas-mereka adalah yang terbaik dari yang terbaik. Anak-anak dengan nilai A+ dalam segala bidang: dari kebugaran jasmani hingga kecerdasan akademik. Matematika, IPA, Bahasa Inggris-mereka juaranya.
Dan ketika mereka masuk, perjuangan baru dimulai.
Sistem pendidikan di Sekolah Garuda tidak mengenal ampun. Efisien, terstruktur, dan nyaris sempurna. Tiada satu pun siswa yang gagal, bukan karena semuanya hebat, tetapi karena sistemnya hanya menerima yang mampu bertahan.
Setiap kelas terdiri dari 29 siswa. Tidak lebih. Tidak kurang.
Namun ada satu kelas yang tak seperti lainnya-kelas premium. Isinya adalah para jenius. Siswa-siswa dengan catatan akademik luar biasa, yang tidak hanya belajar, tapi mencetak sejarah.
Dan di sinilah aturan paling tajam diberlakukan:
Jika siswa peringkat 29 di kelas premium memiliki nilai lebih rendah dari siswa peringkat 1 di kelas bawah, maka pertukaran dilakukan.
Tanpa negosiasi. Tanpa belas kasihan.
Peringkat 29 akan turun, digantikan oleh sang juara dari bawah.
Itulah dunia Sekolah Garuda. Tempat di mana cinta bisa tumbuh, tapi hanya jika kau cukup kuat untuk bertahan dari arus nilai, ambisi, dan pengguguran sistematis.
Tempat di mana hati harus memilih-antara perasaan atau peringkat.