"Alira, dengerin gue!" sekali lagi Latnan berusaha merengkuh tubuh perempuan yang berdiri beberapa langkah dengannya. Namun Alira, perempuan itu malah berkelit dan menodongkan sebilah cutter ditangan kanannya-- penuh emosional. "jangan kayak gini, Al. Dengerin gue kali ini aja, please ..,"
Alira menggelengkan kepalanya, sehingga air mata yang tadinya menumpuk siap terjun bebas dirahangnya meluncur begitu saja. perempuan itu berteriak semakin histeris, "minggir!"
"Al, lepasin cutternya." Latnan melangkah semakin dekat, mengangkat tangan kanannya untuk meminta benda tajam yang terlihat mengkilap dengan bercak darah kemerahan ditangan Alira. "kasihin ke gue."
"Harusnya lo enggak disini, lo bikin penderitaan gue makin diperpanjang kalo lo terus nahan gue begini." lirih Alira disela-sela isakannya.
"Gue disini, karena gue pengin jadi alasan lo bahagia."
"Bohong!"
Latnan sedikit mundur, ketika sisi lancip cutter berwarna hitam itu mengarah kewajahnya. "Al, kalo lo pergi ... gue bakal mati."
Kepala Alira mendongak, tangannya perlahan turun. Iris matanya yang mulai semakin sayu memandang remeh kearah Latnan.
"Kita mati bersama, disini." kata Alira sendu, "karena sebenernya, gue takut sendirian."
"Enggak, Al." merasa bahwa Alira mulai sedikit tenang, Latnan melangkah mendekati Alira. Laki-laki berseragam putih abu-abu itu berhasil merebut cutter ditangan Alira dengan sekali gerakan, kemudian membawa Alira kedalam rengkuhannya. Latnan meletakkan dagunya kepucuk kepala Alira, memeluk Alira semakin erat ketika perempuan itu menangis didekapannya. "Lo udah cukup bikin gue sakit, dengan lihat lo begini. Semua bakal baik-baik aja."
Bahu Alira bergetar hebat, perlahan tangannya mulai melingkar kepunggung Latnan. "Gue takut banget, Nan."
"Gue enggak akan pergi ninggalin lo, kecuali kalo lo yang minta sendiri." kata Latnan meyakinkan.
~~~
started: [31-07-20/ 07.01 PM]
finished: [31-07-20/ 09. 29 PM]