"Kakak!" pekiknya. Gadis itu tak dapat berbuat banyak selain berlari dan berteriak. Kakinya berusaha berlari selincah mungkin meski air mata memburamkan pandangannya. Ia melompat masuk ke gedung tua. BRUAAKK! Makhluk itu menghancurkan atap yang berada tak jauh dari tempat si gadis bersembunyi. Langkah demi langkah yang dibuatnya menggetarkan bangunan usang di kota tertinggal. Sayap besar nan kuat menghancurkan apa pun dengan senggolan. Mata merah menyala si makhluk beredar tak terganggu akan matahari yang berpendar. Makhluk itu hitam legam hingga nyaris menyatu sempurna dengan kegelapan. Bahkan cakar-cakarnya tak kalah tajam dari belati. Langkah kaki diikuti suara menyeret dari benda yang terdengar tajam membuat tubuh gadis itu gemetar hebat. Isakannya pun seakan tak mampu untuk diredam dengan dekapan kedua telapak tangan. Tubuh kecilnya meringkuk ketakukan di balik tembok yang keropos. "Ya Allah, hamba masih pengen ketemu kakak. Tolong kami," batin sang gadis.