Panca dan Harta Karun VOC
  • LECTURES 7,212
  • Votes 1,774
  • Parties 64
  • LECTURES 7,212
  • Votes 1,774
  • Parties 64
Terminé, Publié initialement août 01, 2020
"Apakah Ki Lurah ingat ini?" Kapten De Houtman mendekat kepada Lurah Bakti sembari merogoh saku celana. Dia memperlihatkan sekeping koin berwarna cerah.

Lurah Bakti kaget melihat benda di telapak tangan Kapten De Houtman. Rona wajahnya terlihat jelas oleh Kapten De Houtman tapi dia mencoba untuk menguasai diri dan tidak mengundang kecurigaan.

__________________________________

Raden Panca dan temannya Bajra, anak remaja yang berusaha menyelamatkan keluarganya dari kekejaman mantan serdadu Belanda bernama De Houtman. Mereka memperebutkan harta karun peninggalan VOC yang telah lama disimpan.

Ini bukan cerita silat, tidak usah berharap menemukan adegan kekerasan berlebihan dalam cerita ini. Meskipun berlatar masa penjajahan Belanda, penulis tidak bermaksud menyuguhkan cerita perjuangan melawan penjajahan apalagi peperangan.

___________________________________

Baca juga serial Panca yang lain:
1. Panca dan Sang Pemburu
2. Panca dan Manusia Api 
3. Raden Panca dan Misteri Gua     Kelelawar
Tous Droits Réservés
Inscrivez-vous pour ajouter Panca dan Harta Karun VOC à votre bibliothèque et recevoir les mises à jour
ou
#654bahasa
Directives de Contenu
Vous aimerez aussi
Panca dan Amarah Sophia, écrit par MYAnsori
59 chapitres Terminé
Ketika berjalan pelan, pikirannya dihinggapi ketidaknyamanan. Tidak seperti sebelumnya. Bukan sebuah kecurigaan tetapi perasaannya mengatakan jika akan ada sesuatu yang terjadi. Perasaan yang sudah lama tidak lewat ke relung hatinya. Bukan perasaan takut melihat makhluk halus atau ditodongkan senjata api. Sebuah perasaan waspada bercampur kekhawatiran tak beralasan. Tangan kiri orang itu memegang ujung senapan. Dia memastikan jika senjatanya siap digunakan. Sepatu but kulit lembu yang dikenakannya menginjak lumpur. Sisa hujan sore tadi membuat jalan Batavia yang tak beraspal menjadi arena lumpur yang memanjang. Ah, sepatuku kotor lagi. Padahal aku malas mencucinya. Ketika pria itu mempermasalahkan sepatu yang kotor, dia tidak menyadari ada sesuatu di hadapannya. Wajar, matanya lebih suka memperhatikan kakinya di bawah lampu jalan. Sehingga matanya tidak memperhatikan sekeliling. Meskipun itu membahayakan dirinya. "Argghhh!" Dia tidak sempat melakukan apa-apa. Tubuhnya terdorong ke tanah. Senjata di tangan pun tidak berguna untuk membela diri. Selanjutnya, dia tidak sadarkan diri. ---------------------------------------------------- Ada lagi #SerialPanca selanjutnya yang bisa anda baca. Masih berlatar masa Hindia Belanda akhir abad ke-19. Membawa anda pada sebuah kejadian tak terduga dari kacamata seorang anak remaja. Panca kembali terlibat dalam sebuah urusan pelik tanpa bisa menghindar. Terima kasih sudah mampir, berkomentar dan membubuhkan tanda bintang. Semoga terhibur.
Vous aimerez aussi
Slide 1 of 10
Panca dan Amarah Sophia cover
Hi, Introvert cover
Didhelikake ing Padjajaran (Selesai) cover
THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔ cover
Pratiwimba cover
STETOSKOP TUA cover
When Marshmallow Meet Dark Chocolate cover
THE WATCHERS cover
Sadana Sang Karma cover
Santet Me, Senpai! | END cover

Panca dan Amarah Sophia

59 chapitres Terminé

Ketika berjalan pelan, pikirannya dihinggapi ketidaknyamanan. Tidak seperti sebelumnya. Bukan sebuah kecurigaan tetapi perasaannya mengatakan jika akan ada sesuatu yang terjadi. Perasaan yang sudah lama tidak lewat ke relung hatinya. Bukan perasaan takut melihat makhluk halus atau ditodongkan senjata api. Sebuah perasaan waspada bercampur kekhawatiran tak beralasan. Tangan kiri orang itu memegang ujung senapan. Dia memastikan jika senjatanya siap digunakan. Sepatu but kulit lembu yang dikenakannya menginjak lumpur. Sisa hujan sore tadi membuat jalan Batavia yang tak beraspal menjadi arena lumpur yang memanjang. Ah, sepatuku kotor lagi. Padahal aku malas mencucinya. Ketika pria itu mempermasalahkan sepatu yang kotor, dia tidak menyadari ada sesuatu di hadapannya. Wajar, matanya lebih suka memperhatikan kakinya di bawah lampu jalan. Sehingga matanya tidak memperhatikan sekeliling. Meskipun itu membahayakan dirinya. "Argghhh!" Dia tidak sempat melakukan apa-apa. Tubuhnya terdorong ke tanah. Senjata di tangan pun tidak berguna untuk membela diri. Selanjutnya, dia tidak sadarkan diri. ---------------------------------------------------- Ada lagi #SerialPanca selanjutnya yang bisa anda baca. Masih berlatar masa Hindia Belanda akhir abad ke-19. Membawa anda pada sebuah kejadian tak terduga dari kacamata seorang anak remaja. Panca kembali terlibat dalam sebuah urusan pelik tanpa bisa menghindar. Terima kasih sudah mampir, berkomentar dan membubuhkan tanda bintang. Semoga terhibur.