" Nggak!!!! Lia nggak mau nikah, Walid, please Lia belum wisuda, belum kerja, Lia nggak mau bergantung hidup sama lelaki. Dia juga seumuran dengan bg Ali. Sepatutnya dia udah punya anak seumuran Afiq."
" Lia!!! Kamu jangan mempermalukan Walid, acara tunangan akan dilaksanakan Minggu depan. Mau atau tidak kamu harus tetap menikah! "
" Biasanya Walid paham keinginan Lia, tapi knapa tiba-tiba Walid berubah?"
" Lia, tidak semua hal yang harus Walid paham tentang kamu, Walid tidak pernah menuntut apapun, sekarang Walid harap kamu paham dengan keputusan Walid, ini demi kebaikan kamu juga "
" Ini, demi kebaikan Lia, atau kebaikan bisnis Walid? "
Plak!!! Aku mendapatkan tamparan keras dari Walid, seumur-umur aku nggak pernah mendapat pukulan dari Walid, tapi kini, Walid sudah keterlaluan. Sakit terkena tamparan tidak seberapa, tapi hati ini sangat terluka.
" Apapun itu, Lia nggak peduli, Lia nggak akan pernah setuju menikah! " Ujarku sambil menangis dan berlari naik keatas.
Karna ini aku dipaksa untuk kembali? Kalau saja dari awal Bg Li menjelaskan kepada ku apa yang terjadi, pasti aku tidak akan terjebak dengan rencana konyol Walid. Liat saja, aku tidak akan tinggal diam,
bagaimanapun aku berhak menentukan jalan hidup ku sendiri. Aku akan pastikan lelaki itu tak akan menikah dengan ku. Dia berhak mendapatkan wanita yang lebih tua, bahkan lebih tua darinya pun itu akan lebih baik. Kenapa dengan mudah dia bisa menerima pertunangan ini? Dasar lelaki bodoh, dia tak memikirkan akibat yang akan ia dapatkan jika menikah dengan ku.
"Aku mau lakuin itu sama kamu, Pak."
Cerita tentang Pita mengeksplor banyak hal baru dalam hidup ketika Airlangga menawarkan sebuah kamar di apartemen pribadinya.
Pita hanya seorang gadis 22 tahun yang masih belum menemukan arah untuk masa depannya. Hidupnya selama ini hanya berputar pada keluarganya. Namun, transisi menjadi dewasa menyadarkannya bahwa banyak hal besar yang belum pernah ia ketahui. Sampai takdir mempertemukannya dengan Airlangga, dan dengan kesadaran penuh menginginkan sesuatu yang selama ini menjadi larangan untuknya.
Airlangga hanya pria yang hampir mencapai kepala 4 di masa hidupnya. Fokusnya hanya pada pekerjaan, pekerjaan, dan pekerjaannya. Tidak pernah sekali terbesit untuk mengalihkan perhatiannya pada hal lain, apalagi seorang perempuan. Namun, semua berubah ketika secara impulsif dia menawarkan sebuah kamar untuk tempat bernaung Pita. Terlebih Pita seperti epitome dari kemurnian yang sulit untuk ditolak.
Mature and adult theme
Age gap
Office romance
Sex scene
18+ 21+