"Kalau sudah besar, kita harus seperti mama dan papa kita ya Oris? Kita harus selalu bersama, janji?"
Janji itu, hanya berlaku hingga dirinya dan Auris masih kecil. Setelah dirinya dan Auris harus berpisah karena pekerjaan orang tua, mereka tak lagi berkomunikasi. Setetes kabar pun bahkan mereka saling tidak mengetahui. Mereka berpisah ketika mereka masih duduk di kelas 6 SD. Kehidupan Auris berjalan begitu saja, dia merasa hidupnya hampa tanpa adanya Aksa. Tapi, hingga hampir 3,5 tahun, Auris merasa hidupnya tidak kesepian lagi karena hadirnya sahabat yang bernama Adit, Vivi dan Raka. Merekalah orang yang selalu ada ketika Auris sedih.
Tapi, pada suatu ketika, Auris harus memilih dua pilihan yang sangat berat untuk dipilih. Antara harus menerima lamaran Adit atau memilih kembali bersama Aksa.
Pengen tau ceritanya?
Kuy baca guys!
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan