Ditatapnya handphone hitam itu, ia tersenyum, wanita cantik yang telah menemaninya lima tahun ini. Tahun-tahun berharga yang tak akan tergantikan apapun. Minju. Senyum manis yang ia miliki selalu menjadi pelabuhan terakhir milik Jeno. Rasanya hari tak akan pernah berakhir. Namun takdir tak selalu menjadi apa yang diimpikan. Kadang yang menurutmu baik untukmu ternyata buruk. Buruk sekali. "Ikhlasin ya, jangan buat dia sedih liat lo begini." ---- "Kabar buruk." "Aduh tuan putri ngambek, sini peluk." --- Minju dibawa ke gedung organisasi yang sepi. Kakinya gemeteran, ia takut. "Ngga niel, kejadian itu murni kebakaran." Daniel gelagapan menanggapi. Mata yang berani menatap tak berhenti bergerak. Apa yang Daniel sembunyikan? "Stop bikin Minju nangis." Mark Lee menarik kerah baju milik Daniel. Dia juga yang selama ini menemani hari-hari terberatnya. Hari-hari tanpa seseorang yang dirinduinya. Dua manusia yang selalu ada di saat-saat tersulitnya,tapi kali ini yang tersulit adalag Kim Minju harus memilih antara keduanya, kepercayaannya sedang di uji. "Gue ngga maksa Lo buat percaya sama Gue,tapi yang harus Lo tau, kebenaran yang akhirnya akan menang." di berikan tatapan yang begitu meyakinkan dari Daniel. Yang satu selama ini selalu ada di hari-hari terberatnya dan yang satu lagi sudah bersamanya sejak lama, menjadi orang yang paling ia percaya selama ini. ------- "Tolong ..." Ucapnya dengan tubuh yang sudah terjatuh ke lantai, "Fuck ..." Suaranya semakin tak jelas. Seseorang dengan baju pemadam kebakaran terus mendekatinya. Ia berjongkok tersenyum, "Gimana? Sakit hm? ------- Jeno tersenyum, mentari pagi membuatnya bersemangat bahwa hari akan terus berjalan. Tak pernah satu kalipun ia berpikir akan seperti apa akhir hidupnya. Will the happy ending?