Awalnya Aina hanya ingin meminjam buku pada Anta, tetapi yang ada Anta malah bermain-main dan membuatnya kebingungan. "Loh Anta?" Aina bingung karena Anta menarik tangannya kembali sebelum Aina mengambil buku dari Anta "Iya kenapa?" pandangan Anta lurus pada Aina, tatapan mata teduh yang sangat menenangkan "Bukunya?" tanya Aina lagi "Sini" suruh Anta "Hah?" "Sini, deketan" kursi Aina memang agak jauh dari Anta, lalu Aina menggeser kursinya sedikit "Sinian lagi Naa" suruh Anta lagi "Emang kenapa sih?" "Gapapa sinian aja" sehabis mengucapkan itu, dengan gerakan tiba-tiba Anta menarik kursi Aina ke dekatnya "Anta! gue kaget Astaghfirullah" pekik Aina, dia mengusap dadanya "Ini Na bukunya" Kata Anta dengan rasa tidak bersalahnya "Yaudah makasih ya, gue pinjam dulu" kata Aina, dia pun mulai mencatat materi yang ada di buku itu. Aina sibuk mencatat, tapi Anta malah mengganggunya dengan memainkan rambut Aina "Anta apasi" "Udah Na nyatet aja" Anta tetap memainkan rambut Aina "Na sini deh bukunya" Anta mengambil buku Aina dan menuliskan tanda tangannya di halaman paling belakang buku, hampir tidak ada jarak diantara keduanya sedangkan sekarang jantung Aina sedang disko gak jelas, di bawah tanda tangan itu ada tulisan yang membuat pipi Aina merona. Anta, masa depan Aina.