Bulan Desember datang, mengingatkannya pada sosok laki-laki yang ia rindukan. Kedatanganny ke tempat itu bukan hanya untuk mencari ketenangan, melainkan juga untuk menunggu sosok lelaki itu kembali datang. Kedatangannya ke tempat ini juga memaksa kepalanya untuk memutar sebuah momen, dimana ia menggenggam tangan lelakinya, empat tahun yang lalu sebelum lelakinya pergi.
"Kamu pernah nggak punya mimpi yang besar ? Yang benar-benar kamu gantung setinggi-tingginya di atas langit sana," tanya laki-laki itu secara tiba-tiba. Ia menjatuhkan seluruh padangannya pada gadis yang ia kagumi di hadapannya.
"Setiap orang pasti punya mimpi, Maraka. Pastinya mereka akan berusaha meraihnya sekalipun mereka akan terluka," jawab gadis itu.
"Dara, kalau aku pergi dengan alasan meraih mimpi apa kamu mengizinkan aku ?"
Gadis itu mengangguk tersenyumn, "Silakan, Maraka. Perginya kamu bukan tanpa alasan, pergilah sejauh yang kamu bisa demi mimpimu, karena kamu berhak untuk itu."
"Aku izin pergi ya ? Sebentar saja, untuk meraih mimpiku. Aku akan kembali lagi, tahun keempat setelahnya mari bertemu lagi disini. Di tempat kita berbicara saat ini, dan tempat kita bertemu untuk pertama kali. Aku akan janji satu hal sama kamu," ucap lelaki itu dengan tatapan mata yang sayu.
"Janji apa ?"
"Janji untuk kembali, dan tidak akan pernah menghilang"