Rahel membenci pertemuan yang selalu bersiklus dari bertemu, berkenalan, merasa nyaman, akrab, saling sayang, dan pada akhirnya berpisah. Ketakutan pada perpisahan membuat Rahel menghindari untuk merasa nyaman dengan sebuah pertemuan baru. Karena hal itu, Rahel hanya memiliki beberapa teman saja; hitungan jari. Namun, pertemuan pada fajar pukul 05.30 di pantai hari sabtu pada minggu ketiga bulan September, mematahkan ketakutan pada pertemuan. Rasa nyaman menyelinap begitu saja sejak dua pasang mata bertemu. Apakah pertemuan itu akan bertahan sampai fase saling sayang? Atau berhenti pada fase perpisahan? Dan lagi-lagi, kata 'selamat datang' selalu sampai pada 'selamat tinggal'.
"Resusitasi adalah prosedur medis darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang saat pernapasan atau jantungnya berhenti. Lakukan dengan segera dengan Posisi tangan harus pas hingga proses kompresi jantung bisa maksimal. Tapi tentunya akan ada efek samping, salah satunya patah tulang."
Satu bait penjelasan medis yang malah membuat mata dr. Adis berkaca-kaca ingin menangis. Padahal penjelasannya tidak ada hubungannya sama sekali dengan kisah hidupnya. Namun ketika ia renungkan semakin dalam, analogi itu sangatlah cocok.
Bahwa ia bertemu dengan seorang pria yang sedang sekarat dalam urusan percintaan. Seorang pria yang pernah patah hati hingga mati rasa. Jantung bagian percintaannya berhenti berdetak. Lalu dengan polosnya, Adis mencoba memberikan pertolongan dengan cara menyentuh jantung hatinya. Memberi tekanan-tekanan cinta, berharap jantung hati pria itu akan kembali berdetak normal hingga bisa kembali merasakan jatuh cinta.
Namun sayangnya Adis tidak memperhitungkan lebih jauh lagi bahwa berhasil atau tidak berhasilnya resusitasi yang ia berikan pada pria itu, tetap akan menimbulkan efek patah hati.