Bagi Ara, Aksa hanyalah penganggu. Bagi Ara, Aksa tak lebih dari lelaki pengecut yang melempar batu sembunyi tangan. Bagi Ara, suara Aksa lebih berisik ketimbang gonggongan anjing tetangga. Tentu saja sebelum Aksa menghilang ditelan bumi. Tanpa jejak. Setelah mengobrak-abrik emosinya. Setelah itu terjadi, Ara hanya membutuhkan dirinya sendiri. Ara membutuhkan teman-temannya yang lebih parah dari liarnya binatang buas. Ara berusaha meramaikan kembali rasa kesepiannya tanpa Aksa. Sialan. Ara selalu mengingat Aksa, bahkan setiap omong kosong yang lelaki bar-bar itu ucapkan.