"Memangnya rumah cuma buat mereka yang punya keluarga?" Suatu kali Jian tiba-tiba bertanya begitu saat mereka sedang makan es krim di bawah pohon mangga. Tujuh orang yang duduk berjejer di sebelahnya menoleh, lalu kompak menggeleng. "Justru dari rumah kita menciptakan sebuah keluarga." Satu-satunya perempuan di antara mereka menjawab. Wajahnya cuek saja, namun kini semua mata menuju kepadanya. ".... Meskipun nggak satu darah?" "Yang satu darah aja belum tentu berhasil nemuin apa arti keluarga."