Kita, antonim. Dua perbedaan, yang tak akan bisa bersama. Semua bencana, timbul dariku. Dan semua kebahagiaan, berasal darimu. Jujur saja, aku akan sangat bergantung padamu. Namun sayang, kau tak bisa bergantung padaku. Aku hanya kesialan, yang tak pernah diinginkan oleh orang lain. Tetapi, kau selalu tak ingin berada jauh dariku. Entah kau hanya kasihan, atau mungkin benar-benar sayang kepadaku?.
Kau adalah malam, sedangkan aku adalah pagi dan siang. Bukannya aneh? Aku akan selalu menemani orang-orang dengan kesialan. Maka dari itu, menjauhlah dariku, tak usah mengenalku, atau kau akan merasakan akibatnya.
"Jika kau masih sayang pada dirimu, dan orang disekitarmu, maka biarkan aku tuk hilang dari bumi ini. Agar tak ada lagi kesialan, bencana, dan rasa benci."
"Jika harus bahagia, aku akan berbahagia bersamamu. Artinya, jika tidak ada kamu didalamnya, maka itu bukanlah sebuah kebahagiaan".
Tentang dua jiwa yang memang tak akan pernah bisa bersatu. bahkan takdir saja tak berpihak pada mereka. Lantas apa yang diharapkan dari kisah ini?
Keduanya merajut cinta dari dua dunia yang berbeda. Hanya ada dua pilihan, ditinggalkan atau meninggalkan. Dan kedua duanya memang menyakitkan.
Kedua raga penuh kasih itu harus saling melepas dan merelakan, karena memang seharusnya begitu. Tapi, apakah mungkin itu bisa terjadi?
Atau bahkan malah sebaliknya?
Entahlah aku juga tidak tau...
Yang pasti, akan sangat sulit untuk menentang takdir yang sudah ditulis.