Di bawah naungan pohon trembesi, sebuah dunia baru dilukis dengan sempurna.
Pelangi--seorang gadis yang sudah bosan dengan hidupnya, menghabiskan waktu untuk melukis di sebuah rumah pohon. Namun, cat warna-warni di hadapannya, tak pernah berkurang. Hanya ada satu warna yang jumlahnya semakin menipis--hitam. Hingga pada suatu sore yang penuh emosi, seorang lelaki datang dalam hidupnya. Pemuda dengan mata menyala--yang membawa amarah pada kehidupan, mulai mengajarkan Pelangi untuk melukiskan dunianya dengan sudut pandang berbeda.
Melalui botol warna-warni yang beterbangan di rumah pohon, Pelangi mulai mengenal dunia. Marah, sedih, gembira, cinta, dan kecewa, merupakan satu paket hadiah kehidupan. Dari sanalah petualangan kehidupan Pelangi dan lelaki itu dimulai. Sebuah petualangan, untuk menciptakan warna-warni, dan menghapus warna hitam.
Viola Fransisca, panggil saja Vio.
Viola berasal dari kata Violet yang artinya ungu. Kenapa harus ungu? Entahlah. Mungkin ada alasan yang kuat mengapa kedua orangtuanya memberikan nama dari warna yang mendedikasikan kesendirian itu.
Dua hal yang paling Vio sukai di dunia ini. Ice cream dan pelangi.
Kenapa ice cream? Karena baginya, Ice cream itu mampu membuat otak dan hati yang sedang mumet menjadi lebih baik. Manisnya.. menenangkan.
Lalu, pelangi?
Pelangi adalah karya lukis Tuhan yang paling indah baginya. Warna-warna yang menghiasi langit biru itu, mereka terlihat begitu mempesona. Tak ada mood booster yang lebih baik dari 2 hal itu.
Sayangnya, hidup tidak sesepele itu. Hidup bukan hanya sekedar perihal ice cream dan pelangi. Bukannya orang-orang yang mencari ketenangan dari penciptanya adalah orang-orang yang penuh masalah? Lalu masalah apa yang dihadapi oleh gadis pecinta ice cream ini?