Untuk pemesanan pdf hubungi admin.
082165503008 Admin Nana
Seruni Arkadewi merasa dunianya runtuh satu persatu, saat sebuah kecelakaan merenggut kesempurnaan indrawinya. Kedua kakinya yang sebelumnya kuat dan lincah, kini menjadi timpang.
Dan ternyata kemalangannya bukan hanya itu saja. Dimulai dari penghianatan kekasih dan sahabatnya yang menjalin hubungan di belakangnya, hingga desakan ayah tirinya yang ingin menikahkannya dengan seorang bandot tua karena harta.
Muak dengan stigma bahwa takdir seorang wanita adalah di dapur, di sumur dan di kasur, Seruni minggat dari desanya. Ia ingin membuktikan bahwa seorang wanita dengan segala keterbatasan fisiknya, mampu berdiri di atas kakinya sendiri jikalau mau berusaha.
Sementara itu, Antonio Brata Kesuma--sang anak sultan klan Brata Kesuma, paling tidak bisa mentolerir segala bentuk ketidaksempurnaan. Baginya semua yang cacat, tidak akan masuk hitungan. Baik itu berupa barang, ataupun orang.
"Saya tidak minta dikasihani. Yang saya pinta hanya satu. Jangan menjadikan ketidaksempurnaan saya sebagai alasan untuk menjegal semua impian-impian saya. Saya memang cacat, tapi saya tidak bodoh. Saya mohon, izinkan saya berjuang."
-Seruni Arkadewi-
"Kamu itu selemah-lemahnya manusia. Sudah cacat, perempuan lagi. Sudahlah, terima takdirmu dan diam saja di rumah. Jangan mempersulit diri sendiri. Dunia ini keras. Ketahuilah, tekad tanpa amunisi, itu artinya bunuh diri.
-Antonio Brata Kesuma-
keinginan Airlangga untuk menguasai pulau jawa seperti para pendahulunya dahulu tidak berlangsung mudah.
usai menaklukkan empat kerajaan di blang selatan jawa, Hasin, Wuratan , Lewa dan Wengker.
namun masih ada satu kerajaan yang belum bisa dia taklukkan, yaitu kerajaan Lodoyong.
Meskipun pada akhirnya Airlangga bisa menaklukkan kerajaan ini, namun butuh perjuangan keras.
karena Airlangga juga sempat kalah oleh kerajaan Lodoyong, dan dia terpaksa lari untuk kali kedua.