Swipe Right, See You in Class (SmartBoom)
16 capítulos Concluído MaduroDi era digital, di mana cinta bisa dimulai dari likes, swipe, dan emoji, Smart tak menyangka hidupnya berubah gara-gara Bumble-aplikasi yang ia instal cuma buat iseng. Umurnya 23 tahun, baru lulus seni rupa, sekarang kuliah magister sambil kerja paruh waktu di galeri. Hidupnya santai, bahkan terlalu santai sampai ibunya rutin kirim link "kursus mempercepat jodoh."
Boom, 33 tahun, seorang arsitek mapan yang kini mengajar desain visual. Rapi, teratur, dan skeptis pada aplikasi kencan-sampai sahabatnya yang menikah karena Tinder memaksanya coba Bumble, dengan: kalau seminggu nggak ada yang cocok, uninstall.
Lalu... mereka match.
Boom melihat seorang pria muda dengan rambut gondrong, mata tajam, dan bio yang simpel: Pelukis, tukang ngelamun, cari yang bisa diajak diem bareng tapi nggak awkward.
Boom senyum. Menarik.
Smart juga heran match dengan pria dewasa yang kelihatan... dosen-able banget. Tapi senyumnya bikin ia ngetik: "Lo keliatan kayak dosen. Tapi hot."
Dan begitulah kekacauan dimulai.
Obrolan nyambung. Tiga kali ketemu, dua ciuman, satu debat serius soal telur ceplok.
Smart pikir: cowok random, gak bakal ketemu lagi.
Boom pikir: lucu, tapi santai aja.
Sampai semester baru dimulai.
Smart datang terlambat ke kelas magister. Sketchbook hampir jatuh saat ia lihat siapa dosennya-Boom, berdiri di depan kelas dengan kemeja biru dan tatapan kaget.
"Smart?" gumam Boom.
"Oh... sial," bisik Smart.
Dan dari situ, semester pun dimulai. Dengan tatapan curi-curi, detak jantung berdetak lebih cepay, dan semua hal yang tak pernah diajarkan di buku pedoman akademik.
Karena siapa sangka, swipe kanan bisa berujung di ruang kelas.