Évasion | Changlix
  • Leituras 7,566
  • Votos 1,548
  • Capítulos 23
  • Leituras 7,566
  • Votos 1,548
  • Capítulos 23
Concluído, Primeira publicação em ago 31, 2020
Maduro
Menentang tradisi belum pernah terlintas di benaknya selama ini, sebab ksatria harus teguh pada pengabdian yang luhur demi menunaikan seluruh janji.

Kala sang ksatria beranjak dari Aldebaran bagai menggugat martabatnya sendiri, ia jatuh cinta untuk pertama kali meski harus menyandang posisi sebagai pengkhianat negeri. Demikian indah dirasa dalam lubuk hati, suatu hari pasti ia harus kembali menapaki negerinya sendiri.

Kendati memerdekakan hati akan begitu rumit bagai besi yang diruaikan oleh belati, akankah indah atau menyakitkan akhir kisah ini?
Todos os Direitos Reservados
Inscreva-se para adicionar Évasion | Changlix à sua biblioteca e receber atualizações
ou
Diretrizes de Conteúdo
Talvez você também goste
Swipe Right, See You in Class (SmartBoom), de chocochikiiii
16 capítulos Concluído Maduro
Di era digital, di mana cinta bisa dimulai dari likes, swipe, dan emoji, Smart tak menyangka hidupnya berubah gara-gara Bumble-aplikasi yang ia instal cuma buat iseng. Umurnya 23 tahun, baru lulus seni rupa, sekarang kuliah magister sambil kerja paruh waktu di galeri. Hidupnya santai, bahkan terlalu santai sampai ibunya rutin kirim link "kursus mempercepat jodoh." Boom, 33 tahun, seorang arsitek mapan yang kini mengajar desain visual. Rapi, teratur, dan skeptis pada aplikasi kencan-sampai sahabatnya yang menikah karena Tinder memaksanya coba Bumble, dengan: kalau seminggu nggak ada yang cocok, uninstall. Lalu... mereka match. Boom melihat seorang pria muda dengan rambut gondrong, mata tajam, dan bio yang simpel: Pelukis, tukang ngelamun, cari yang bisa diajak diem bareng tapi nggak awkward. Boom senyum. Menarik. Smart juga heran match dengan pria dewasa yang kelihatan... dosen-able banget. Tapi senyumnya bikin ia ngetik: "Lo keliatan kayak dosen. Tapi hot." Dan begitulah kekacauan dimulai. Obrolan nyambung. Tiga kali ketemu, dua ciuman, satu debat serius soal telur ceplok. Smart pikir: cowok random, gak bakal ketemu lagi. Boom pikir: lucu, tapi santai aja. Sampai semester baru dimulai. Smart datang terlambat ke kelas magister. Sketchbook hampir jatuh saat ia lihat siapa dosennya-Boom, berdiri di depan kelas dengan kemeja biru dan tatapan kaget. "Smart?" gumam Boom. "Oh... sial," bisik Smart. Dan dari situ, semester pun dimulai. Dengan tatapan curi-curi, detak jantung berdetak lebih cepay, dan semua hal yang tak pernah diajarkan di buku pedoman akademik. Karena siapa sangka, swipe kanan bisa berujung di ruang kelas.
Talvez você também goste
Slide 1 of 10
Swipe Right, See You in Class (SmartBoom) cover
My Rival Is Love  cover
Oneshoot Suamchan (HIATUS)  cover
MY STEPMOM IS MY SENIOR cover
Asisten cover
The War of The Married [NOMIN] cover
Pria Manis Di Halte Bis (𝓑𝓲𝓫𝓵𝓮𝓑𝓾𝓲𝓵𝓭) ✔️ cover
Pernikahan Fiat? (OaujunxFiat) (END) cover
JKT48 GRUP CHAT cover
Monogatari cover

Swipe Right, See You in Class (SmartBoom)

16 capítulos Concluído Maduro

Di era digital, di mana cinta bisa dimulai dari likes, swipe, dan emoji, Smart tak menyangka hidupnya berubah gara-gara Bumble-aplikasi yang ia instal cuma buat iseng. Umurnya 23 tahun, baru lulus seni rupa, sekarang kuliah magister sambil kerja paruh waktu di galeri. Hidupnya santai, bahkan terlalu santai sampai ibunya rutin kirim link "kursus mempercepat jodoh." Boom, 33 tahun, seorang arsitek mapan yang kini mengajar desain visual. Rapi, teratur, dan skeptis pada aplikasi kencan-sampai sahabatnya yang menikah karena Tinder memaksanya coba Bumble, dengan: kalau seminggu nggak ada yang cocok, uninstall. Lalu... mereka match. Boom melihat seorang pria muda dengan rambut gondrong, mata tajam, dan bio yang simpel: Pelukis, tukang ngelamun, cari yang bisa diajak diem bareng tapi nggak awkward. Boom senyum. Menarik. Smart juga heran match dengan pria dewasa yang kelihatan... dosen-able banget. Tapi senyumnya bikin ia ngetik: "Lo keliatan kayak dosen. Tapi hot." Dan begitulah kekacauan dimulai. Obrolan nyambung. Tiga kali ketemu, dua ciuman, satu debat serius soal telur ceplok. Smart pikir: cowok random, gak bakal ketemu lagi. Boom pikir: lucu, tapi santai aja. Sampai semester baru dimulai. Smart datang terlambat ke kelas magister. Sketchbook hampir jatuh saat ia lihat siapa dosennya-Boom, berdiri di depan kelas dengan kemeja biru dan tatapan kaget. "Smart?" gumam Boom. "Oh... sial," bisik Smart. Dan dari situ, semester pun dimulai. Dengan tatapan curi-curi, detak jantung berdetak lebih cepay, dan semua hal yang tak pernah diajarkan di buku pedoman akademik. Karena siapa sangka, swipe kanan bisa berujung di ruang kelas.