"Raa..." gumam Tama.
"Jika matahari saja bisa menutupi Kekurangan rembulan dengan sinarnya di kala malam hari ,, kenapa kita nggak?"lanjut tama dengan terus menatap punggung zahra yang berjarak hampir dua meter.sementara yang ditanya dia hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.
Tama menghela nafas berat"Lo ngertikan Raa apa yang Gue maksud?"
"Raa?" merasa tak ada jawaban tama akhirnya berbalik badan,saat ingin melangkahkan kakinya untuk pergi,tiba tiba...
"Lo gak akan ngerti,,Rembulan yang lo maksud punya banyak kekurangan yang matahari aja nggak bisa menutupinya,,Gue yakin setelah tau kekurangan rembulan,matahari akan pergi..."ungkap gue dengan kepala menunduk.sumpah hati gue sakit,se sakit sakitnya,mata gue udah panas gak tahan pliss...
"Dari pada nangis depan tama malu maluin mending gue pergi aja "batin zahra
1......2.....Larrrrrrri
"RA....SEBANYAK APAPUN KEKURANGAN REMBULAN,MATAHARI NGGAK AKAN PERNAH NYERAH MENYINARI REMBULAN SAMPE DUNIA ANCURR"teriak tama dengan lantang.
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan