SEBAGIAN PART CERITA INI DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN.
***
Gue pikir, Caka sama saja dengan pelanggan lain yang datang buat protes, marah-marah, lalu pergi. Namun ternyata, dia berbeda. Dia datang, marah-marah, lalu kembali.
Kadang-kadang, gue suka ngerasa heran sama pelanggan yang sok berkuasa. Kasir minimarket juga manusia, bukan merek rokok yang 'sempurna'. Masalahnya, setelah pertemuan pertama dengan Caka, gue justru menunda perasaan aneh. Jangan bilang-bilang ya! Sebenarnya, gue jatuh cinta sama Caka. Wajar sebenarnya, soalnya dia menawan. Mirip Oppa-oppa ganteng yang gue tonton di Drama Korea. Beda jauh sama si Daffa, kepala toko gue. Aduh, kalau dibandingkan sama si Ulet Bulu mah jelas kalah jauh. Udah nyebelin, wajah juga nggak ganteng-ganteng amat.
Pertemuan pertama dengan Caka di depan meja kasir, berakhir dengan sebuah pengakuan di depan bokap Caka bahwa gue adalah pacarnya. Jelas gue senang. Tapi setelah itu, muncul rahasia-rahasia yang membuat gue harus memutuskan antara maju, atau mundur. Apalagi setelah gue merasa bahwa Caka hanya ilusi. Dia begitu manis, tapi ternyata menikam dari belakang.