Follow penulis sebelum membaca! Raden Angkasa Salah, gue bukan seperti yang mereka kira. Raden pembuat onar, Raden sih biang masalah,Raden pembawa sial dan Raden anak tidak berguna. Bukan begitu kah tanggapan kalian untuk Gue? Berdiri sendiri itu sangat sulit, ketika kecil tangan Papa yang gue genggam untuk berjalan dan bibir Mama yang selalu berseru ayo Raden kamu pasti bisa. Namun, sekarang tangan itu sudah berganti peran sebagai rotan dan bibir itu hanya bungkam. Terkadang hidup tak adil, apa dengan kepergian mereka akan sadar? Jika begitu lakukan lah, sakit ini sudah menumpuk. Saat bibir ini mengucap selamat tinggal, maka percayalah tak akan ada lagi sih pembuat onar. Nathecha Kenara Saat ku tau luka dan sedihmu aku semakin sadar bahwa kamu tak sekuat itu. Ketika kamu melayangkan pukulan pada musuhmu aku percaya saat itu kamu sedang membuang sedikit lukamu. Ketika bibirmu berucap kamu baik-baik saja aku percaya kamu sedang terluka. Berhenti berperan, ini bukan panggung drama hancurkan semua topeng di wajahmu. Sampai kapan kamu akan berpura-pura. ________________________________________ Napas pemuda itu memburu sudah sebulan lebih ia merasakan sakit yang teramat hebat. Tubuhnya terkulai lemas di atas kasur miliknya. Tangannya bergetar meremas pinggul yang terasa nyeri, Raden mulai berpikir hidupnya tak akan lama lagi pemuda itu pasti akan menyusul gadis itu. "Raden!" pekikan keras keluar dari bibir gadis itu setelah mendobrak pintu milik Raden. Raden Angkasa, pemuda itu melebarkan matanya bagaimana bisa gadis bodoh itu berada di sini. "Cha," ucap Raden lemah. Salam hangat Iciblue
23 parts