Hana harus menelan pil pahit setiap kali bersosialisasi dengan masyarakat. Entah itu tetangga ataupun saudara. Usia 24 tahun jadi bahan bully-an bagi orang-orang bermulut naga. "Kapan nikah?" adalah satu kalimat tanya yang mulai risih Hana dengarkan. Kenapa siih? Ada masalah apa kalau Hana belum punya gandengan diusia otewe seperempat abad? Tapi Hana hanya menelan protesnya dalam hati. Bully-an semakin parah saat Hana mendeklarasikan diri dengan gelarnya yang berubah dan memamerkan usahanya yang berkembang pesat dibandingkan sepupunya yang sudah menikah. Manusia-manusia bermulut naga justru mengucapkan kalimat-kalimat jahat yang membuat Hana semakin ingin menciptakan gembok mulut. "Waah, yang ngelamar malah takut Han sama gelarmu". Hana memeras gelasnya sambil melempar tatapan sinis. Hana bukan tidak ada yang mendekati. Bukan juga banyak memilih. Tapi apa salahnya memilih yang tepat untuk pasangan seumur hidup? Beberapa pemuda ada yang mendekati. Satu diantaranya tertambat di hati Hana. Namun Hana sadar, dia tidak bisa memilih orang hanya karena cinta yang bergejolak dihatinya. Dia harus punya logika untuk memilih pasangan hidup dunia akhiratnya. Hingga akhirnya Hana menjatuhkan pilihannya. Dan inilah kisah Hana dalam mencari jodoh hidupnya.
1 part