Terkadang, apa yang telah kita rencanakan dengan matang dan sempurna, tak seperti yang seharusnya. Tuhan segala Maha. Saat manusia memghadapi kembali titik nol dalam kehidupannya, ada rasa untuk mengakhiri segalanya. Atau. memberi kesempatan pada diri untuk mencoba rasa baru kehidupan yang belum pernah dicobanya. Bukankah hidup adalah sebuah seni? Dimana sebenarnya tak ada kepastian akan apa yang dijalani, kita hanya harus bergembira, menjalani setiap kondisi yang harus dilalui. Gelap, terang, lurus atau berkelok, sedih, senang, dan setiap warna lain, rasa lain yang belum pernah kita coba.
Brahmya Chaka tidak pernah menyangka, kehidupan lurus nan mapan yang dijalaninya tiba-tiba jungkir balik. Di saat dia mulai menata hati karena kepergian sahabat karibnya yang tragis, pertemuannya dengan seorang gadis muda kembali membuatnya dihadapkan pada lembar halaman kehidupan yang semakin membingungkan. Ini terlalu gila, ini terlalu tiba-tiba. Tapi apalah kita, hanya manusia, yang tak kuasa menolak apa yang telah digariskan-Nya.
Mulanya, maksud Miura Nara menerima pernyataan cinta berondong tengil yang terus mengganggunya, adalah untuk membuatnya kapok. Dia sudah menyiapkan 1001 tingkah menyebalkan yang akan ditunjukkan selama masa uji coba berpacaran. Dengan begitu, berondong menyebalkan berstatus pacar magang itu memilih pergi meninggalkannya.
Sialnya, ini tidak semudah yang Miura kira. Terlebih saat dia harus tinggal satu atap bersama pacar berondongnya dengan hormon belum stabil alias sangean.
Miura Nara dalam masalah baru yang lebih besar dari sekadar Askara Tarachandra Manggala.