Sore of The Hiraeth [OffGun]
  • Reads 20,685
  • Votes 3,012
  • Parts 30
  • Reads 20,685
  • Votes 3,012
  • Parts 30
Ongoing, First published Sep 20, 2020
[ONGOING]

2025, gerbang dimensi manusia-iblis terbuka. Iblis turun ke bumi dan menghancurkan peradaban teknologi. Tidak ada yang bisa mengalahkan iblis kecuali sihir api. Manusia meninggalkan teknologi dan mulai mempelajari sihir. Swain Academy tahun 2045, kisah kelas spesial tahun ketiga dimulai saat Gun, orang yang memiliki senyum seindah teman masa kecil Off, masuk ke kelasnya karena kemampuan yang diakui dapat mempengaruhi kedudukan Off sebagai King selanjutnya.

DISCLAIMER: Anak GMMTV dan seisinya adalah milik mereka sendiri dan emak bapaknya. Begitu juga anak nadao atau freelancer yang (mungkin) bakal muncul. Cerita ini fiktif belaka. Beberapa part terinspirasi dari series atau anime. Jadi kalau merasa ada yg sama ya emang karena terinspirasi dari sana, tetapi dengan sentuhan yang berbeda. Ah, gitu pokoknya.

Niat awal nulis cuma iseng. Sekedar buat latihan nulis selama 30 hari. Nyatanya udah lebih 30 hari dan masih pengen lanjut. Kalo ini beneran khatam asa mau tumpengan.

Off Adulkittiporn - Natthanon Phunsawat - Atthaphan Phunsawat - Tay Tawan Vihokratanana - New Techaapaikhun - Singto Prachaya Ruangroj - Krist Sangpotirat - Mild Lapassalan Jiravech - Asa Phunsawat Adulkittiporn

BL - Romance - School - Fantasy - Magical - Superpower - Shounen - Chara Death - Suicidal attempt
All Rights Reserved
Sign up to add Sore of The Hiraeth [OffGun] to your library and receive updates
or
#293gunatthaphan
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
Wendigo cover
Step Brother cover
sasunaru ( one-shot)  cover
Happiness [ END ]  cover
Lost in You  cover
Figuran : Change Destiny of The Antagonist (Terbit)  cover
𝐅𝐑𝐈𝐄𝐍𝐃𝐙𝐎𝐍𝐄 • shikanaru fanfiction cover
kyra and sistem cover
STARLIGHT  | BEOMZAY (XODIAC)  cover
Short Story 21+  cover

Wendigo

21 parts Ongoing

Cover by pinterest Ahvi bukanlah garis keturunan sah dari keluarga Claudian. Maka dari itu, ia harus berjuang keras mendapatkan pengakuan dan secuil kasih sayang dari sang ayah. Namun pada akhirnya, hingga maut menjemput Ahvi, sedikitpun usapan pada rambutnya tak pernah ia rasakan. Seraya menikmati rasa nyeri di seluruh organ tubuhnya, Ahvi menyadari bahwa ia tak pernah benar-benar menikmati hidupnya. Menikmati apa yang telah diberikan tuhan padanya hanya untuk pengakuan dari sang kepala keluarga yang bahkan tak peduli jika ia hidup atau mati. Rasa getir menyerbu hatinya. Merasa sia-sia atas segala hal yang telah ia perjuangkan. Berharap akan ada secuil keajaiban yang membawanya pada masa-masa kebebasannya. Masa dimana ia memulai segala perjuangan kosong itu. Ahvi sungguh berharap.