Seharusnya di usianya sekarang dia harus fokus untuk belajar dan mempersiapkan diri untuk menghadapi Ebtanas tahun 1990 untuk masuk ke SMA. Namun, saat pulang sekolah, dirinya harus menyisihkan waktu untuk mencari sayur pakis di tepi sungai kecil di hutan desanya. Sebenarnya Ia juga mau bermain dan bersenang-senang bersama teman-temannya saat pulang sekolah, namun Ibunya pasti akan memarahinya dan memberikan hukuman kepadanya. "Jangan bermain, kamu harus mengaji. Sekolah, cari uang, mengaji itu adalah tugasmu, bukan main-main yang buang-buang waktu!" Ujar Ibunya suatu waktu saat memarahinya. Disekolah dia dikenal sebagai anak yang cerdas, menjadi andalan oleh para guru. Namun sayang kondisi sekolah yang tidak berpagar dan berpenjaga (satpam) sehingga hampir setiap hari ada anak nakal yang masuk ke kelas anak ini, dan menjadikan bulan-bulanan untuk dimintai uang, tentunya karena perawakan anak ini beda dari yang lain, meskipun dia berasal dari suku bugis yang dominan memiliki kulit sawo matang, namun anak ini punya kulit putih bersih, bermata sipit hidungnya juga mancung, mirip keturunan oriental. Anak ini punya kesabaran yang terbatas ternyata, terlebih jika uang jajan yang tidak seberapa yang merupakan hasil jerih payahnya sendiri selalu dimintai dengan enaknya. Maka suatu sore anak ini dipergoki oleh sepupunya yang selalu bersamanya kesekolah dengan berboncengan motor ketika sedang mengasah sebilah pisau pemotong daging. "Mau kau apakan pisau itu?" "Besok ada kerja bakti. Besok kau masuk sekolah sorekan?" "Iya." Di usianya yang masih belia dia harus mendekam di balik jeruji besi dengan siksaan dari para petugas yang ber-nepotisme dengan keadaan. Tapi anak ini lebih memilih hidup dengan siksaan ini semua-di cambuki, di tampar, di sundutkan rokok, kakinya di injakkan kursi kayu yang diduduki oleh petugas lembaga, dibanding dia harus pulang kerumah dan bertemu dengan Ibunya yang selalu mengekangnya. KISAH INI DI ADAPTASI DARI KISAH NYATA DI TAHUN 1990-an!!
1 part