Ketika kamu selingkuh, saya kecewa, marah, sedih, Pasti. Tapi saya tidak mengatakan kamu salah, salah ataupun benar bukan hak saya untuk menghakimi. Barangkali, hal itu terjadi karena aku yang hanya mencoba untuk jadi yang terbaik, hingga lupa menjadi yang menyenangkan. Barangkali juga kamu belum bisa berdamai dengan kurangku, hingga lupa dengan beberapa lebih ku. Barangkali aku terlalu mengikat, hingga lupa mengulur tali-tali itu. Dari Tuhan, kita dapat bagian sendiri-sendiri dalam pelajaran berharga, walaupun harga yang harus dibayar cukup berat, dengan kehilangan. Semoga ini kali terakhir, dan semoga cukup aku. Tidak ada yang lain. . . . Kamu yang aku perjuangan sebegitu kuat dahulu, sekarang malah menjadi yang begitu mudah lepas. Aku memang terlalu buta untuk mengenali semua kelebihanmu yang tak bercelah, aku terlalu buta untuk melihatmu yang akan siap untuk selalu menamba. Kesibukanku yang akhirnya membuatku tuli, hingga aku melupakan semua keluh kesahmu. Aku hanya peduli dengan kenyamananku disini, terbang diketinggian tanpa tau cara untuk sekedar turun ke bumi. Malaikatku yang dulu dengan senantiasa selalu kujaga, ternyata akhirnya malah akulah perusak utama. Maapkan aku yang telah menyebabkan badai dalam hidupmu.All Rights Reserved
1 part