Apa yang lebih menyakitkan daripada saling mencintai tetapi saling menyakiti?
Tak perlu banyak berucap, Walau hanya sebuah kedipan sekilas, Hati ini telah paham apa yang kamu rasa, Kamu dan aku sama, selalu diam dalam kebekuan, dan akan meleleh dalam kehangatan ketika kedua raga kita bersua, kebencian hanya tameng untuk menutupi luka yang akan berujung dosa, baik aku maupun kamu, sanggupkah kita melawan takdir yang telah tersurat? Andaikan bisa, tak perlu kamu berusaha, karna sampai kapanpun, Aku dan Kamu tidak akan pernah bisa menjadi kita dalam sebuah ikatan romansa, percayalah, sesungguhnya Air tidaklah lebih kental melebihi darah, sekalipun nadiku terputus ataupun ragamu terbujur kaku, tidak akan bisa mengubah aliran darah kita, Lantas bagaimana nasib segumpal darah bagian dari kita berdua? tenang saja, tidak akan aku biarkan dia menjadi pendosa seperti kita...
Maryam Karunia Wardhana
Jika Kita lahir dari rahim yang berbeda,
kenapa harus mengalir darah yang sama didalam raga kita?
Mario Kurniawan Wardhana
#1-CintaSedarah-11Mei21
Menikah karena dijodohkan dengan seorang yang dari segala sisi sempurna Arina mengira jika dirinya akan bahagia bersama dengan pilihan orangtuanya, tapi rupanya hidup tidak berjalan seperti yang Arina inginkan.
Sadewa Natareja, pria yang masuk ke dalam jajaran anggota dewan rakyat paling muda ini nyatanya tidak bisa menjadikan Arina sebagai seorang istri yang seutuhnya. Pengorbanan Arina menerimanya yang berstatus duda dan merawat anaknya yang berusia kurang dari satu tahun nyatanya tidak bisa membuat Dewa mencintai Arina seperti dirinya mencintai istri pertamanya, Husna.
Dimata Dewa, Arina tidak lebih dari seorang wanita yang dipilihkan ibunya untuk menjadi teman dibawah atap yang sama dan sosok yang menjadi ibu untuk putra kesayangannya sebaik apapun Arina berusaha menjadi istri yang baik untuknya.
Semua hal yang dilakukan Arina serasa tidak berarti sama sekali sampai akhirnya Arina lelah sendiri, meraih cinta suaminya nyatanya hal yang mustahil bagi Arina. Perlahan, Arina menjauh membangun benteng tinggi yang membuat Dewa tersadar betapa seharusnya dia bersyukur memiliki Arina dalam hidupnya.
Sayangnya, semuanya sudah terlambat.
"Mas Dewa, aku capek."